Terapi Menulis

Rabu, November 22, 2017

Graphotheraphy atau grafoterapi dari grafology untuk terapi menulis
Gambar dari sini
Saat mengikuti bincang parenting hari ahad lalu, Pemateri nya mengulas singkat tentang Grafoterapi saat menjawab salah satu pertanyaan peserta.
Ketika itu, peserta menanyakan bagaimana cara healing masa lalu nya. Dan salah satunya adalah dengan terapi menulis (Grafoterapi).
Caranya adalah dengan menulis semua emosi negatif yang meluap-luap.
SEMUA. Sampai ke detail-detailnya. Setelah semua tercurah lewat tulisan, dilanjutkan menulis doa-doa atau harapan positif atau positive things lainnya untuk menetralisir emosi negatif yang sebelumnya kita tuliskan.
Pada laporan tugas Kelas Bunsay kemarin beberapa kali saya menyebutkan bahwa saya juga melakukan terapi menulis ini.
Terapi menulis ini biasa saya lakukan ketika sedang ‘musuhan’ sama Pak Su.
Biasanya saya menuliskan semua yang saya keluhkan, bahkan keluhan-keluhan lama yng biasanya turut ikut terpancing keluar.
Kadang saya tuliskan dengan bahasa tulisan seolah-olah suami saya akan membacanya. Kadang asal tulis yang penting semua nya keluar.
Biasanya setelah selesai, saya akan merasa jauh lebih baik.
Kebetulan sekali, walaupun sekarang ini zaman digital, saya tetap tidak bisa lepas dari buku jurnal dan pulpen. Jadi, apapun biasanya saya coretkan ke buku.
Menulis dengan buku dan pulpen tentu saja lebih efektif untuk healing dari pada menulis di keyboard atau layar sentuh. Itu yang saya rasakan.
Jadi, memiliki buku untuk corat-coret itu semacam kebutuhan untuk saya. Dan saya baru ngeh kalo corat-coret ini adalah salah satu terapi juga.
Dan ternyata menulis ini bukan hanya untuk healing saja lho. Aba banyak manfaat menulis (di buku).
Grafoterapi tidak jauh-jauh dari grafologi.
Akhir bulan kemarin ada kulwhap grafologi di WAG IIP kota saya. Kulwhap nya berbayar, 120 ribu per dua orang untuk dianalisa. Ini termasuk murah. Sayangnya saya tidak ikutan :(
Di bawah ini saya carikan informasi lebih lengkap tentang Graphotheraphy.

=====

Dr. Pennebaker dalam buku “Quantum Writing” berpendapat bahwasannya menulis memiliki 5 manfaat, yaitu:
1. Menulis menjernihkan pikiran.
2. Menulis mengatasi trauma.
3. Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru.
4. Menulis membantu memecahkan masalah.
5. Menulis bebas membantu kita ketika terpaksa harus menulis.

Cara kerja Grafoterapi adalah bagaimana kita mengubah kepribadian, pola pikir serta cara pandang seseorang dengan memintanya untuk menulis, tahap awal adalah seorang Grafologis akan menganalisa tulisan tangan kliennya lalu setelah diketahui masalahnya maka klien akan diminta untuk menulis dan “memperbaiki” tulisannya untuk jangka waktu tertentu, biasanya selama 30 hari. Nanti hasil akhirnya yang berubah bukan hanya tulisan tangan klien saja namun kepribadiannya pun akan berubah dan klien akan merasakan perubahannya bahkan biasanya sebelum 30 hari pun perubahannya sudah dapat dirasakan.
Setiap bentuk huruf yang ditulis oleh klien memiliki kecenderungan postif dan negatif.
Nah…. dalam Grafoterapi seorang Grafologis akan mengarahkan klien untuk memperbaiki kecenderungan negatif tersebut menjadi kecenderungan positif.

Secara garis besar hal-hal yang dianalisa dari tulisan klien meliputi :
1. Daerah/wilayah tulisan tangan (apakah di atas, di tengan, atau di bawah garis).
2. Besar/kecilnya tulisan tangan.
3. Kemiringan tulisan (apakah miring ke kanan atau miring ke kiri).
4. Arah tulisan (apakah mendatar, naik atau turun).
5. Lebar tulisan.
6. Spasi/jarak tulisan.
7. Margin/tepian tulisan.
8. Kecepatan dalam menulis.
9. Huruf besar dalam tulisan.
10. Lengkungan tulisan dan huruf unik.

Biasanya Grafoterapi digunakan untuk mengatasi kendala Life Trap dari seseorang.

Jenis-jenis Life Trap

1. Abandoment
Kurang rasa aman dalam keluarga karena kehilangan orang yang dicintai dan membuat merasa terbuang.
Perilaku yang muncul: Mencari teman, selalu menunjukkan sikap baik walaupun orang lain buruk, merasa tidak berarti, mengasihani diri sendiri.

2. Mistrust and Abuse
Sering dibohongi dan dilecehkan.
Perilaku yang muncul: Membuat seseorang tumbuh dengan rasa curiga, was-was, ketakutan yang besar, cenderung tidak mudah percaya kepada orang lain, memiliki asumsi buruk, menganggap orang lain penipu yang ingin mengambil keuntungan.

3. Dependence
Biasanya terjadi karena orang tua yang terlau over protective.
Perilaku yang muncul: Merasa harus tergantung kepada orang lain, selalu meminta pertimbangan orang lain, ragu-ragu, bingung dalam membuat keputusan.

4. Vulnerability
Karena sering ditakut-takuti, terlalu dijaga ketika masih kecil.
Perilaku yang muncul : Rapuh yang berlebihan, khawatir terhadap penyakit, kondisi keuangan, ragu untuk keluar dari zona aman, menganggap dunia tidak aman dan menakutkan.

5. Emotional Deprivation
Masa kecil kurang mendapatkan kehangatan emosi dan kasih sayang yang cukup.
Perilaku yang muncul: Merasa tidak dipedulikan dan orang lain tidak mengerti perasaanya, jadi tidak peduli, merasa tidak penting, tidak layak dicintai, sering berganti-ganti pasangan.

6. Social Exclusion
Mengasingkan diri dari lingkungan sosial.
Perilaku yang muncul: Merasa tidak bisa diterima karena berbeda, biasanya disebabkan oleh penilaian buruk orang lain atau perlakuan menyakitkan oleh orang terdekat (keluarga, sahabat, saudara) sehingga membuat menjadi tertutup dan enggan berhubungan dengan orang lain.

7. Defectiveness
Harga diri rendah yang disebabkan oleh serangan kritik dimasa kecil.
Perilaku yang muncul: Cenderung menjadi pribadi yang menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, ada perasaan tidak berharga dan merasa tidak dicintai.

8. Failure
Selalu merasa salah dan gagal karena sejak kecil dianggap tidak mampu melakukan apapun.
Perilaku yang muncul: Rasa percaya diri yang rendah, mengaggap hidup adalah sekumpulan kegagalan, biasanya sering melebih-lebihkan dan merasa menjadi korban kegagalan.

9. Subjugation
Selalu ditekan orang tua, membiarkan orang lain mengontrol hidupnya.
Perilaku yang muncul: Selalu patuh dan ingin menyenangkan orang lain, suka dengan orang yang otoriter, menganggap orang lain lebih tahu dari dirinya.

10. Unrelating Standard
Ketika kecil sering dipaksa untuk menjadi yang terbaik, menjadi nomor satu dengan mengorbankan kebahagiaan masa kanak-kanak.
Perilaku yang muncul: Memiliki standar yang tinggi yang ditetapkan sehingga menekan diri sendiri, jadi berlebihan dalam banyak hal, gagal adalah aib besar, selalu tidak puas dengan hasil yang dicapai, over achiever.

11. Entitlement
Terlalu Dimanja
Perilaku yang muncul: Merasa selalu berhak atas apa yang diinginkan, merasa selalu ada di atas orang lain, ada perilaku kasar, merasa diri selalu lebih hebat dari orang lain, orang lain tidak harus dimengerti dan harus tunduk, dirinya sendirilah yang harus dimengerti.

=====


Sumber :
Ratih Sophie Azizah
https://www.bloggermuslimah.id/2017/11/10/grafoterapi-terapi-melalui-tulisan/

You Might Also Like

0 komentar