Orang Introvert adalah Pendiam, Benarkah?
Kamis, April 30, 2020Mari ngobrol lagi tentang karakter introvert..
Saya biasa dianggap sebagai orang pendiam oleh hampir sebagian besar orang yang pernah bertemu dengan saya.
Taukah teman-teman, orang introvert biasanya adalah seorang pemikir. Orang pemikir biasanya lebih banyak diam, karena dia akan sibuk dengan dunianya sendiri, yaitu pikirannya.
Apa pun akan dia pikirkan. Apa pun. Sekali lagi, APA PUN.
Tapi konteksnya berbeda dengan baper ya.
Orang baper biasanya akan dikaitkan dengan kalimat "kepikiran", "ah, gitu aja dipikirin", "udahlah, jangan dipikirin". Ya kan?
Tetapi ini berbeda dengan apa yang dipikirkan orang introvert/tipe pemikir. Dia biasanya berpikir ke arah ide, analisa, pemecahan masalah, solusi, dan semacamnya.
Beberapa hari yang lalu saya mengikuti seminar online bersama dr. Aisah Dahlan, Cht., lalu beliau sedikit membahas tentang introvert.
Kata beliau, orang introvert itu otaknya selalu berada pada gelombang Beta.
Joaquim Filipe membagi garis besar gelombang otak menjadi lima kategori —dalam bukunya "Agents and Artificial Intelligence"— yaitu Beta, Alpha, Theta, Delta dan Gamma.
Gelombang Beta:
Gelombang ini sekitar 12 hingga 30 Hz. Biasanya gelombang beta mendominasi keadaan sadar yang normal dan dalam proses berpikir atau saat sedang mengerjakan sesuatu. Aktivitas gelombang ini cepat, yang hadir saat kita merasa waspada, fokus, penuh perhatian, dan terlibat dalam pemecahan masalah atau pengambilan keputusan.
—Alodokter—
Bagaimana dengan saya?
Iyap, saya merasakan itu.
Saya selalu berpikir tentang ini dan itu. Kadang saya bisa memikirkan hal-hal yang tidak dipikirkan orang lain. Kadang pula saya memikirkan sesuatu secara mendetail hingga poin-poin terkecil. Apalagi ditambah dengan sifat perfeksionis saya.
Karena seringnya memikirkan sesuatu, apakah saya jadi mudah stres?
Alhamdulillaah, tidak. Bersyukurnya saya tipikal easygoing.
Easygoing dan perfeksionis ini antiklimaks banget ya, tapi nyatanya bisa menyatu di diri saya. MaasyaaAllaah.
Jadi, ada kalanya saya perfeksionis akan suatu hal. Ada kalanya kalau ngga bisa mencapai target sesuatu, ya sudahlah, tidak semuanya harus sesuai dengan target atau dambaan kita kan.
Sepertinya sifat easygoing ini buah dari usaha keras saya mengikis sifat perfeksionis. Jadilah easygoing dan perfeksionis menjadi semacam soulmate yang saling melengkapi.
Duhh, saya ngoceh apa sih..
Kembali ke masalah pendiam.
Dalam seminar online yang saya ikuti tadi, dr. Aisah mengatakan bahwa bisa jadi orang introvert ini bukan pendiam, tapi kata-katanya dihabiskan di dalam pikirannya —karena dia suka mikir—.
Paham kah dirimu? Semoga tidak puyeng, hihii..
Jadi, jika umumnya wanita perlu menghabiskan 20.000 hingga 24.000 atau lebih kata setiap harinya, maka orang introvert biasanya hanya perlu sekitar 16.000 kata.
By the way, ribuan kata itu, tidak harus selalu diucapkan dalam bentuk percakapan atau aneka dialog ya.
Kita —yang introvert, terutama— tidak harus menjadi banyak bicara kok. Kita bisa menghabiskan ribuan kata tersebut untuk berdzikir dan membaca Alqur'an, atau sekedar membacakan buku untuk anak.
Jika berada di kumpulan orang heterogen (introver mix ekstrover), biasanya orang introver hanya akan menyimak pembicaraan. Kecuali ketika ada hal urgent yang harus dia sampaikan atau ada yang meminta pendapatnya, baru biasanya dia akan angkat bicara.
Makanya, ada kalanya orang menganggap bahwa orang introver itu sombong atau belagu karena hanya ngomong tentang hal penting saja.
Padahal mah sebenarnya karena dia tidak bisa basa-basi.
Kesulitan basa-basi dan memilih kalimat ringan ini mungkin berkaitan dengan kebiasaannya yang lebih sering diam.
Dan dalam diam pun dia berpikir. Sementara yang namanya orang berpikir itu biasanya serius, bukan basa-basi. Nah, makanya dia menjadi kesulitan berbasa-basi. Mungkin.
Dan orang introvert juga bukan orang yang takut pada keramaian apalagi panggung.
Saya biasa berbicara di depan banyak orang, beberapa kali menjadi narasumber, ngoceh di depan teman-teman, tidak ada masalah. Justru bisa membagikan ilmu kepada teman-teman itu menambah semangat.
Hanya saja, bikin semangat tapi memang menguras energi.
Nah lo, bingung ngga?
Hihii.. kapan-kapan nyambung lagi, insyaaAllaah.
0 komentar