Bermain dan Permainan dalam Konsep Islam
Senin, November 27, 2017
Untuk pertanyaan selanjutnya, yang kurang lebih berisi; Dari sejak dan sampai kapankah anak bisa diajak bermain Islami? Bagaimana tahapan permainan yang mendidik dan menarik untuk anak?
Islam adalah agama sempurna. Menyeluruh. Maka bahkan mengenai bermain pun sudah ada tuntunannya.
Islam membolehkan bermain, sebagaimana telah dibahas kemarin yaitu Aisyah bermain dengan bonekanya dan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam tidak melarangnya.
Kemudian, Rasulullah pun membolehkan cucu-cucunya bermain bahkan merangkak menaiki Rasulullah ketika Rasulullah shalat.
Rasulullah pun bersabda, “Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara). (...)"
Apa sajakah empat perkara itu?
Empat perkara tersebut adalah;
Rasulullah bersabda, “... senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang,” (H.R. An Nasa’i).
Maka jika ditanya seberapa efektif menyelipkan nilai Islami dalam permainan anak?
Sungguh yang kita cari bukanlah efektivitas. Kalau ini yang kita tuju, kita bisa kecewa ketika anak tidak tertarik dengan permainan atau kisah yang kita sampaikan. Tetapi kita sedang menjalankan tuntunan sang Uswatun Hasanah; bahwa segala sesuatu yang tidak mengandung dzikrullah adalah perbuatan sia-sia. Maka, saat kita menemani anak kita bermain seraya menyelipkan kisah dan nilai Islami, kita sedang mencontohkan kepada anak kita untuk memasukkan dzikrullah dalam kehidupan sehari-hari.
Sedikit tambahan dari sudut pandang psikologi; bermain memang dunia anak-anak.
Anak-anak sangat menikmati permainan sehingga pada umumnya mereka akan bermain sepanjang hari. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain dan belajar. Sehingga, bermain merupakan cara anak usia dini untuk belajar. Melalui permainan anak akan mengetahui apa yang ingin mereka ketahui dan mampu mengenal peristiwa di sekitar. Kini pun, bermain dijadikan sebagai terapi dalam bidang psikologi. Riset membuktikan bahwa 71% anak yang mengikuti sesi terapi bermain memperlihatkan perubahan positif. Jika anak yang bermasalah saja dapat merasakan dampak besar yang positif bagi dirinya, apalagi yang tidak bermasalah.
Ketika orangtua mengenalkan nilai-nilai dan pemahaman Islam melalui bermain, anak akan memahami pengenalan tersebut sebagai permainan. Percaya atau tidak percaya, anak akan menyimpan informasi tersebut dengan baik. Terutama ketika ada nilai-nilai yang langsung dipraktikkan di hadapan anak. Buatlah permainan yang menarik minat anak sehingga nilai-nilai yang ingin disampaikan dapat tersampaikan kepada anak dengan baik.
Untuk pengenalan agama Islam dapat dikenalkan pada anak sedari masih dalam kandungan.
Mungkin sudah diketahui bersama bahwa masa kehamilan juga dapat mempengaruhi perkembangan anak nantinya. Memberikan pemahaman Islam pada anak pun tidak ada batas waktu. Sepanjang masa, mulai dari kandungan, bayi, balita hingga dewasa. Sedangkan manfaat bermain sebagai sarana belajar dapat dimulai dari anak bayi hingga remaja.
Bagaimana tahapan permainan yang mendidik dan menarik untuk anak?
Ada hal menarik dari aktivitas interaksi antara orangtua dan anak. Ternyata, tidak hanya anak yang belajar dari aktivitas bersama orangtua. Orangtua pun belajar menjadi semakin baik dari hari ke hari, saat menemani sang buah hati. Karena itu, hal-hal apa saja yang menarik bagi anak kita, orangtuanyalah yang paling tahu. Ada anak yang bisa bermain gunting tempel hingga berjam-jam, ada anak yang meliriknya pun enggan. Ada anak yang gembira bermain dengan boneka-bonekanya di kamar, ada anak yang harus selalu beraktivitas fisik di luar ruangan.
Sementara tahapannya, dikembalikan kepada fase usia anak kita berada. Baik dari sudut pandang Islam maupun psikologi.
Dari sudut pandang Islam, tekankan pada prioritas sesuai fase yang dibahas di atas tadi. (Klik Di sini)
Dari sudut pandang psikologi, yuk kita sama-sama belajar lagi mengenai target pencapaian apa saja yang ada pada anak usia dini.
Kita perlu tahu bahwa kecakapan apa saja yang perlu dimiliki anak usia 2 tahun, karena tentu berbeda dengan anak usia 5 tahun.
Ada tabel tingkat pencapaian anak usia dini yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan, silakan dibaca di link mungilmu.com/unduh.
Di dalam buku Kreasi Asyik Muslim Cilik, saya mencoba menyusun materi permainan anak sesuai urutan Ma'rifatullah, rukun Islam, rukun Iman, kisah Nabi dan Rasul, Al-Qur'an, dsb. Mungkin bisa menjadi salah satu rujukan. Selain itu, jangan lupa masukkan pula dalam susunan tahapan mengenalkan anak permainan utama yaitu berkuda, memanah, dan berenang.
Untuk pertanyaan bagaimana membagi waktu bermain untuk anak2 yang berbeda umur?
Tentunya ada saat2 kita bisa mengajak mereka bermain bersama, misalnya saat berkisah, berkreasi, dll. Ada saat2 tiap anak butuh pendampingan tersendiri. Silakan disesuaikan saja. Yg membuat segala sesuatu menjadi mudah adalah pertolongan-Nya, jd semoga Allah mudahkan.
Lalu untuk para guru yang merasa kesulitan menerapkan permainan bernilai iman Islam dgn jumlah anak yg banyak, tidak apa2 bermain balok, mewarnai, dst yg tidak selalu kita temani lalu kita tanamkan nilai2 Islami. Krn proses anak bermain menggunakan seluruh pikiran dan anggota tubuhnya pun sudah merupakan bentuk kekuasaan Allah. Tanamkan kpd anak, bs di awal kelas dan di akhir, untuk mensyukuri bhw mereka punya tangan, mata, kaki dll utk bermain dan belajar, utk beribadah kpd Allah. Lagi2, semoga Allah mudahkan ikhtiar kita semua.
Untuk pertanyaan mengaitkan segala sesuatu ttg alam ini, kegiatan kita sehari2 ke dalam Al-Qur'an, mungkin bisa dicoba membaca terlebih dahulu buku Kreasi Asyik Muslim Cilik, lalu buku2 pedoman Kuttab Al-Fatih (bisa diakses juga di iKuttab.com). Insya Allah banyak pencerahan dari bacaan2 tersebut. Namun pada intinya, seluruh ucapan kita, tindakan kita, bahkan napas kita jika sudah ada cahaya iman dan Islam, maka anak2 akan bisa meniru melalui teladan. Insya Allah.
Oleh Azka Mahdhihah
0 komentar