Better Communicator

Sabtu, November 04, 2017

 
Tumbuh besar di tengah keluarga bad communicator membuat saya pun tidak bisa berkomunikasi dengan baik.

Ketika kemudian saya menikah, bisa dibayangkan.
Kesalahpahaman sering terjadi.
Justru kadang terasa aneh ketika selama sepekan kita tidak mengalami salah paham.
Karena itu artinya bukan kita lebih baik. Tapi justru berarti angka komunikasi kita sedang turun drastis, alias jarang banget ngobrol.

Jadi, sebenarnya berselisih paham itu juga bentuk komunikasi (yang buruk banget).
Hahaa..

Berbekal sedikit kecintaan membaca buku psikologi, membuat saya sedikit memahami perbedaan karakter perempuan dan laki laki.

Dari membaca pun saya agak sedikit memahami bagaimana karakter suami saya.
Tapi, memahami suami bukan berarti saya bisa mengkondisikan komunikasi yang baik dengan nya.

Saya tetap lebih banyak diam dan mengandalkan suami untuk mengerti apa yang ada dalam pikiran dan hati saya.

Setidaknya saya suka menulis jurnal.
Ini menjadi salah satu aliran rasa di pikiran saya yang penuh sesak berjejalan dan kepanasan hampir meledak.
Saya tumpahkan semua dalam coretan tangan.

Seringnya saya menulis semacam surat di dalam jurnal, untuk suami. Menuliskan segala uneg-uneg tentang dia. Menuliskan apa yang saya inginkan dari nya. Dan apa saja, sampai saya merasa lega.
Tapi tulisan itu tetap saya simpan saja dalam buku yang tertutup.

Tapinya lagi, beberapa hari atau bulan sekali, sepertinya suami membaca tulisan saya. Hihii..
Beberapa halaman tulisan saya disobeknya. Dan saya sudah lupa halaman itu tulisannya apa.

Suami saya yang berkebalikan, banyak ngomong, membuat saya semakin males ngomong.
Hahaa..

Saya suka mendengarkan ketika beliau sedang cerita panjang kali lebar.
Tapi saya tidak pernah berani mengkomunikasikan uneg-uneg di hati.

Semakin ke sini, saya semakin sadar, bahwa saya tidak bisa mengandalkan cara ini.

Saya harus mengucapkan sesuatu. Awalnya, saya hanya berani mengucapkan kata-kata pendek. Respon singkat. Dan kalimat pasif.

Tapi saya terus menguatkan hati dan tekad untuk speak up.
Saya tau suami saya juga menantikan cerita saya.
Setiap kali meminta tolong pun diriku diminta menyebutkan detail apa yang harus dilakukan.
 
Semakin ke sini, komunikasi kami semakin lebih baik dan terus menunjukkan perbaikan.
AlhamduliLLaah.
 
 
#harike3 #gamelevel1 #tantangan10hari
#kuliahbunsayiip #komunikasiproduktif

You Might Also Like

0 komentar