Kulwhapp FBE Bersama Ust. Harry Santosa Part 1

Selasa, Oktober 10, 2017


Waktu : 8 Semptember 2017
Pukul : 20.30
Narasumber : Harry Santoso
Moderator : Hevy Kistyan
Penyelenggara : IIP Karawang

Materi I 

Ayah sebagai Arsitek Peradaban




Pernikahan adalah peristiwa besar peradaban, itulah mengapa Arsy berguncang karena perceraian, sebab perceraian itu menghambat atau mengancam keberhasilan melahirkan generasi peradaban terbaik dari sebuah pernikahan.

Karenanya pernikahan yang bertahan lama dan abadi adalah pernikahan yang memiliki misi keluarga dan ada proses mendidik dalam perjalanannya. Misi keluarga ini ibarat rencana dan tujuan penerbangan sebuah pesawat. Sehebat apapun turbulens, dan jalan berputar yang dilalui, sebuah pesawat yang memiliki misi penerbangannya akan sampai kpd tujuannya. Mungkin tidak selalu tepat waktu, namun tetap sampai tujuan dan tak akan terlambat terlalu lama.

Lantas siapa sang pembuat Misi Keluarga?
Siapa lagi jika bukan Ayah, seorang lelaki yang diberi kemampuan fokus melihat masa depan dan konsisten menjalaninya. Lelaki yang diberi lisan dan telinga yang sakti untuk menarasikan peran peran peradaban keluarganya sekligus pilot yang harus peka pada rakyat yang dipimpinnya.



Ya, itulah para Ayah, sang Arsitek Peradaban. Sesungguhnya para Ayah mulia yang diabadikan namanya di dalam alQuran adalah para lelaki sejati yang memiliki narasi hebat peradaban bagi misi dan visi keluarganya dan sekaligus dialog yang santun dan indah kepada anak anaknya.

Perhatikan bagaimana doa doa Nabi Ibrahim alaihissalam di dalam alQuran, itu sangat luarbiasa menggambarkan kekuatan misi dan visi keluarganya melalui narasi besar peradaban yang hebat. Beliaupun mampu menunjukkan kepada istrinya, bunda Hajar bagaimana misi dan visi itu dijalankan sehingga kemudian bunda Hajar mampu merancang pendidikan yang selaras dengan misi visi serta value bagi keluarganya.

Jadi tidak aneh, jika Nabi Ibrahim 'alaihissalam hanya bertemu beberapa kali dengan Nabi Ismail alaihissalam, namun misi dan visi serta nilai yang dicanangkannya telah nampak inherent pada karakter diri Nabi Ismail alaihissalam. Jangan salah paham bahwa Nabi Ibrahim alaihissalam melalaikan peran keayahan dan suami dengan meninggalkan anak dan istrinya, namun Beliau menjalani peran lain yang sama pentingnya, yaitu tugas Robbnya untuk menyeru Tauhid.

Jadi para arsitek peradaban ini harus mampu menarasikan misi dan visi keluarganya, menunjukkan bagaimana misi dan visi itu diwujudkan, kemudian memimpinnya menuju tercapainya misi dan visi itu. Find the Way, Show the Way, Lead the Way.

Sang Arsitek Peradaban ini bukan apa apa jika tidak didukung oleh Sang Desainer Pendidikan Generasi Peradaban, karena desainer inilah yang menurunkan misi dan visi serta value menjadi program dan proyek yang tertata indah dan harmoni selaras fitrah anak anaknya.

Realitanya pada hari ini, banyak Ayah, tak cakap menjadi arsitek peradaban yang berani merancang misi keluarganya. Dan hari ini, banyak Ibu tak berani mengambil peran menjadi desainer pendidikan generasi peradaban karena tak dibimbing oleh arsiteknya dengan baik.

Para ayah yang enggan menjadi arsitek peradaban, adalah mereka para ayah yang umumnya tidak selesai dan tidak bahagia dengan dirinya, karena ada banyak aspek fitrah yang tidak tumbuh dengan utuh dan indah paripurna menjadi peran yang menenangkan sehingga ia tidak mampu menjadi arsitek peradaban bagi keluarganya, apalagi menjadi arsitek bagi peradabannya.

Jika dirunut ke belakang, para ayah ini sama sekali tidak disiapkan fitrah kelelakian mereka untuk menjadi peran ayah sejati sekaligus suami sejati, di sisi lain tidak dikembangkan fitrah bakatnya agar memiliki peran sejati dalam kehidupan masyarakatnya. Sementara fitrah keimanannya tidak tumbuh menjadi peran da'iyah yang menyeru Tauhid. Mereka hanya menjadi lelaki cerdas yang kekanak kanakan.

Sesungguhnya tanpa peran yang ajeg dalam kehidupan dan peran dalam keyakinannya maka peran sebagai ayah sejati sulit dicapai. Maka jangan dimusuhi, mari kita bantu para Ayah untuk menjadi Arsitek Peradaban, kita bantu mereka untuk menemukan jatidiri mereka, kita bantu mereka untuk kembali kepada fitrahnya dengan sepenuh daya. Tentu ini bukan tugas sendirian, tetapi tugas berjamaah.

Jika Ayah selesai dengan dirinya, maka selesailah semua masalah keluarga bahkan bangkitlah potensi potensi terhebatnya untuk melahirkan peran peradaban terbaik dengan semulia adab. Dan itu pertanda sang Ayah telah kembali kepada fitrahnya, menjadi sang Arsitek Peradaban.

Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation


Materi II


Mendidik Anak dengan Kekuatan Fitrah


Sesungguhnya setiap anak telah Allah instal fitrah, yang apabila dididk dengan benar sesuai fitrahnya maka kelak fitrah itu akan menjadi peran peradaban terbaiknya.

Jadi tidak perlu banyak cemas dan gelisah, obsesif dan pesimis, apalagi banyak intervensi dan menggegas yang malah akan merusak fitrah ananda. Banyaklah bersyukur terhadap fitrah ananda karena Allah telah siapkan semuanya dalam fitrah ananda.

Fitrah adalah innate goodness atau bawaan baik dalam diri ananda, yang perlu dirawat dan dibangkitkan serta ditumbuhkan dengan penuh cinta, ketulusan dan ketelatenan sehingga mencapai peran terbaiknya sesuai maksud penciptaan Allah.

Fitrah itu seperti Feature (Fitur) pada sebuah gadget, yang sudah diinstal ketika kita menerima gadget, jadi hanya perlu diaktifasi saja dan diinteraksikan dalam keseharian sehingga berfungsi maksimal. Tidak diperkenankan mengunduh aplikasi yang mengganggu fitur ini sehingga berkinerja buruk bahkan menyebabkan gadget "hang".

Maka dalam mendidik fitrah kita hanya memerlukan rasa syukur yang mendalam, mengaktifasi dari dalam (inside out) dengan penuh cinta bukan banyak mengintervensi atau menjejalkan apapun (outside in) dengan penuh obsesi kecuali yang relevan dengan keunikan dan tahapannya.

Ibarat benih, fitrah memerlukan tahapan dalam menumbuhkannya, tidak berlaku kaidah makin cepat makin baik. Banyak orangtua tergesa menjadikan anak mereka shalih atau beradab sehingga tidak memahami tahapan dengan baik, lalu menggegasnya sehingga banyak masalah di kemudian hari. Bagai benih yang baru berdaun beberapa berhelai, lalu disiram dan dipupuk banyak banyak agar segera berbuah sehingga malah rusak akarnya, kemudian layu dan mati.

Pada ghalibnya, tiada perubahan atas fitrah Allah, yang ada adalah fitrah yang tersimpangkan dan terkubur karena lebay obsesi dan lalai pesimis orangtuanya.

Yakinlah bahwa setiap anak pasti kelak punya peran istimewa di masa depan atas fitrahnya, mustahil Allah ciptakan anak yang tidak punya peran di masa depan, kecuali orangtua dan lingkungan yang merusaknya.

Karenanya fokuslah pada cahaya fitrah anak anak kita, bukan pada kegelapannya, kelak cahayanya akan melebar menerangi sisi gelapnya. Berbaik sangkalah pada fitrah Allah, banyaklah bersyukur sehingga Allah berikan hikmah yang banyak dalam mendidik, sehingga kita bisa rileks dan optimis.

Mendidik anak sesuai fitrah akan membuat ayah dan bunda lebih rileks dan optimis, karena hanya mengikuti apa yang Allah karuniakan, mengikuti jadwal perkembangan yang Allah tentukan, menginteraksikan dengan peristiwa keseharian dan kehidupan juga bumi Allah yang ada dengan dipandu Kitabullah.

Yang perlu dicatat juga bahwa mendidik anak sesuai fitrah pada prakteknya sesungguhnya juga mendidik fitrah ayah dan fitrah bunda. Raise your child, raise your self. Tumbuhkanlah fitrah ananda, maka kita akan saksikan fitrah kita pun bersemi indah kembali.

Salam Pendidikan Peradaban
#fitrahbasededucation

-------------


You Might Also Like

0 komentar