Kulwhapp bersama Julia Sarah Rangkuti

Senin, Oktober 09, 2017



Kulwhapp Bersama Julia Sarah Rangkuti
Waktu : 2 Oktober 2017
Pukul : 11:56:24
Narasumber : Julia Sarah Rangkuti
Moderator : Arifah
Peresume : Rini Ummu Kafa

Tentang Julia Sarah Rangkuti bisa dibaca di sini

--------------------
Materi Kulwhapp
--------------------

Serunya Bermain Bersama Buah Hati


Di kota Madinah, ada seorang anak kecil bernama Umair.
Ia selalu bermain dengan burung pipit. Rasulullah saw menamai burung itu dengan al-nughair (anak burung pipit).
Setiap kali melihat Umair, Nabi berkata, Wahai Umair, apa yang dilakukan oleh al-nughair?
Sampai suatu ketika Nabi melihat Umair sedang menangis. Beliau pun bertanya, mengapa engkau menangis wahai Umair?
Ya Rasulullah, al-nughair telah mati, jawab Umair.
Maka Nabi saw duduk sejenak mengajaknya bermain. Para sahabat yang lewat, melihat Rasulullah saw bermain dengan Umair. Beliau berkata pada mereka, al-nughair telah mati, karenanya aku ingin menghibur Umair. (HR Bukhari 6203)


Bunda, betapa indahnya akhlak Rasulullah saw. Beliau mengajarkan kita santunnya akhlak pada anak-anak. Sungguh hal yang luar biasa dan patutlah kiranya menjadi cermin bagi kita semua untuk meneladani sosok Beliau saw, bahwa MEMBERSAMAI si kecil dalam dunia bermainnya JAUH LEBIH PENTING daripada permainan itu sendiri.

Siapa di sini yang anak balitanya tidak senang bermaiiiin? Jarang sekali, bukan? Hampir semua balita pasti senang bermain. Sebab, bermain memang DUNIA mereka, Bunda.

Saat ini, banyak orangtua yang berusaha memberikan yang terbaik untuk buah hatinya, termasuk juga memberikan mainan terbaik. Sayangnya, masih banyak pula orangtua yang hanya berhenti pada titik tersebut. Anak dibelikan beragam mainan namun tidak didampingi saat memainkannya atau tidak diberikan rangsangan lebih, yang dapat menstimulasi perkembangannya. Padahal, melalui kegiatan bermain mereka, anak-anak sedang belajar banyak hal. Dan, kita sebagai orangtua pun bisa memasukkan banyak pelajaran melalui kegiatan bermain.

Bunda, pada tahap anak usia dini, anak-anak sangat peka terhadap penggunaan pancaindra untuk memahami dunia di sekitarnya. Pemberian materi pelajaran akan sangat efektif jika dilakukan secara konkret melalui berbagai alat peraga yang dapat disentuh, dilihat, dicium, didengar, ataupun dirasakan. Jadi, jangan heran Bunda jika anak bayi suka memasukkan segala benda ke dalam mulutnya, misalnya. Sebab, ia sedang memasukkan informasi tentang benda tersebut ke dalam otaknya.

Bunda, agar bermain tak hanya sekadar bermain, kita sebagai orangtua berperan penuh menjadikan kegiatan bermain anak menjadi penuh makna. Ada pembelajaran yang perlu dipahami si kecil. Ada hikmah yang perlu diantarkan ke dalam diri mungilnya. Itulah mengapa, selain anak-anak bermain bebas, orangtua juga perlu merancang kegiatan bermain anak. Jangan sampai setiap hari anak-anak kita hanya bermain gadget atau hanya bermain bola dan boneka setiap saat. Dengan menyiapkan berbagai kegiatan bermain, kita dapat menstimulasi tiap aspek perkembangan si kecil.

Tidak perlu mahal untuk bermain, Bunda. Misalnya, Bunda ingin menstimulasi motorik halus si kecil, Bunda bisa menggunakan kardus bekas, tali sepatu, dan puncher (pembolong kertas) untuk membuat anak belajar menjahit. Jika Bunda ingin menstimulasi kemandirian anak, Bunda bisa menggunakan botol, corong, dan gelas untuk si kecil belajar menuang air. Dan banyak lagi benda-benda di rumah yang dapat dpergunakan untuk kegiatan pembelajaran si kecil dalam aktivitas bermainnya.

Apa yang kita butuhkan sebelum mengajak si kecil bermain? Tentunya ilmu perkembangan anak. Dengan mengetahui parameter perkembangan anak, kita dapat menstimulasi perkembangannya dengan lebih tepat sesuai dengan usianya. Contohnya, dalam milestone anak usia 2 tahun diharapkan telah mengenal perbedaan warna dasar. Maka, kita dapat menstimulasinya dengan permainan matching colour dan sorting colour. Anak usia 4 tahun sudah mampu mengucapkan salam dan menjawab salam, maka kita dapat mengajaknya bermain peran dengan tema saat bertamu ke rumah nenek, misalnya.

Lalu, apakah kita perlu merancang aktivitas harian anak? Betul, akan lebih baik jika Bunda menyiapkan kegiatan untuk anak setiap harinya. Dengan menyiapkan kegiatan yang berbeda-beda, maka kesempatan untuk menstimulasi tiap aspek perkembangan anak bertambah luas.

Dari mana kita dapat mengetahui milestone ini? Bunda bisa googling atau membaca berbagai buku mengenai Child Development. Dalam buku Rumah Main Anak yang saya tulis, saya juga berusaha untuk menjawab pertanyaan para orangtua terkait perkembangan anak dengan  menyertakan parameter perkembangan anak 0-6 tahun, Kuisioner Pra Skrining untuk mengetahui apakah anak kita bertumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya, juga contoh jadwal harian bermain bersama anak. So, Bunda bisa membacanya juga di sana

Sejatinya, sebagai seorang muslim tentunya kita ingin anak-anak kita pun menjadi generasi Rabbani. Anak-anak yang taat pd Allah swt dan mampu bermanfaat utk masyarakat. Maka, alangkah bijaknya jika kita tidak meng-sekularisasi agama dengan pendidikan. Islam adalah payung besar dalam segala aktivitas kita, termasuk juga belajar dan bermain bersama anak. Maka, buatlah juga aktivitas untuk mengenalkan agama Islam kepada anak2 dengan cara yg fun dan menarik. Misalnya, setelah membaca QS. Al-Fil, kita bisa mengajak anak-anak membuat diorama tentang pasukan Raja Abrahah, dll. Selamat menggali hikmah dari tiap aktivitas yang dilakukan, Bunda-Bunda.

Selanjutnya, kita diskusi saja yuk Bunda-Bunda pembelajar hebat ^^

Semangat Bermain!

--------------------
Diskusi & Pertanyaan
--------------------


Arifah : Pertanyaan 1
Stimulasi apa yg perlu sy berikan  utk meningkatkan tingkat konsentrasi/daya fokus anak?
Kebetulan sy memiliki anak kembar usia 2y4m anak sy yg satu  perhatianny mudah sekali teralihkan dan tingkat fokus ny mudah sekali terganggu,

Setiap bermain sy memberikan instruksi seolah dia tidak pernah mendengarkan instruksi dari saya sesuai rules dan bermain sesuai kemauannya

Pernah sy konsultasikan anak tersebut k dokter tumbuh kembang,dokter memberikan bbrp instruksi ,bbrp instruksi ad yg bs dikerjakan dan ad bbrp yg blm lolos dikerjakan misal membuat garis lurus dgn pulpen dan  menyusun balok sepeti yg dokter contohkan anak tersebut blm bs
Kata dokter memang konsentrasi nya kurang utk tau perkembangan lbh lanjut dokter bilang 3 bulan lg kami dianjurkan utk konsultasikan kembali k dsa sub tumbang lg.

Maaf ya mb sy krg bs menyusun pertnyaan dgn baik smg bs diambil benang merah ny.
(Riana, Yogya)

Julia Sarah :

Halo Bunda Riana.
Pada umumnya, rentang konsentrasi anak usia dini memang masih pendek. Ada ahli yg mengatakan bahwasanya rentang konsentrasi anak berbanding lurus dengan usianya.

Sebelumnya saya ingin bertanya juga, apakah anak-anak di rumah menonton tv/video? Jika ya, berapa durasinya setiap hari?

Saat anak-anak kita terbiasa terpapar _screen_, terlebih jika waktunya lama, maka memang butuh _effort_ lebih untuk mengajaknya bermain hal-hal yang konkrit. Sebab, apa yg ada di _screen_ biasanya akan menjadi jauuh lebih menarik drpd meronce, memindahkan pompom, bermain puzzle, membuat menara, dll. Menonton pun dpt mengurangi fokus dan konsentrasi anak. Dengan demikian, sudahkah kita mendesain permainan kita agar menarik di mata anak (jauh lebih menarik drpd _gadget_) sehingga mereka tidak akan bosan?

Bisakah fokus dan konsentrasi anak ini dikembangkan? Bisa! Hal ini bisa dilakukan dengan stimulasi yg meningkatkan fokus dan konsentrasinya, seperti kegiatan meniti jembatan, berjalan di garis lurus, menuang air ke dalam botol/gelas, menyendok manik-manik dr satu wadah ke wadah lainnya, juga bermain puzzle, dll.

Selain itu, bisa juga Bunda mendampingi anak bermain sesuatu yang ia sukai. Biasanya saat melakukan suatu permainan/kegiatan yg sedang disukai, rentang konsentrasi anak bisa lebih lama drpd kita memintanya mengikuti rules sesuai keinginan kita. Secara perlahan-lahan barulah kita masukkan rules (mulailah dgn 1 buah rules. Jika anak sdh bisa bekerja sama, di waktu yg lain tambahkan rules baru, dst. Bertahap ya, Bun).

Jauhkan anak dari hal2 yang dapat mengurangi fokus dan konsentrasinya (misal: gadget). Dan tetap berkomunikasi dengan dsa sub tumbang 3 bulan kemudian untuk melihat perkembangannya ya, Bunda. Tetap semangat.

--------------------

Rini Ummu Kafa:
Saat anak saya di bawah 1y,
anak saya sering terpapar screen,
ketika itu saya belum cukup paham dan sadar bahaya nya 😓
mulai paham di usia 1+
sekarang 3y, fokus nya masih agak kurang..

Julia Sarah:
bismillah ya, Mba. Alhamdulillah skrg sdh mengetahui. Mari kita imbangi dengan tingkah laku nyata: memberikan yg benar dan baik kpd anak2 sesuai dgn Alqur'an dan sunnah. Semangat.

--------------------

Bunda Riana :
Mohon maaf baru menanggapi pertanyaan 1
Jazaakillaah khayran Bunda julia atas jawabanny yg ckup jelas
Alhamdulillah sjauh ini anak2 jarang skali dan tdk sy biasakan utk bersentuhan dgn gadget dan krg tertarik dgn tv.
Mgkn mmg sy hrs lbh smngt lg utk memberikan stimulasi, krn hal ini berpengaruh dgn keseharianny yg rentan jatuh krn sering ceroboh dan krg berhati2 , misal ketika berjalan pun dia krg peka utk memperhatikan sekitar kl ddpnnya ad lubang ato ad benda jd asal sj dilewati shg dia jatuh(krn bbrp kali sy amati anak ini mmg sdkit ceroboh&krg peka dgn sekitar kebetulan yg sy jadikan tolak ukur ny saudara kembar ny yg seusia ny) kira2 sifat ny yg krg berhati2 dan ceroboh ini bs dihilangkan dgn stimulasi ap sj y bund?

Julia Sarah:
sepertinya bukan karena ceroboh ya Mba, tapi bisa jadi karena kurang stimulasi indranya, terutama: indra vestibular dan proprioseptif.

Indra vestibular berkaitan dengan gravitasi, pergerakan dan keseimbangan tubuh.

Indra proprioseptif, berkaitan dengan kesadaran tubuh, memberi informasi tentang posisi anggota tubuh, kekuatan yg harus dikeluarkan saat bergerak..

Mungkin bisa langsung dilanjutkan konsultasi dengan dsa tumkemnya, karena agak sulit melakukan penilaian tanpa bertemu langsung dengan anaknya.

Dengan bertemu langsung pd ahlinya (dsa tumkem/psikolog) semoga bisa diberikan treatment yang pas ya Mba, apakah sensori integrasi atau yg lainnya.

Semangat Mba..

--------------------

Arifah : Pertanyaan 2
Assalamu'alaikum mba mau nanya ttg rumah main anak. Sampai usia berapa kita masih bisa bermain bersama anak? Kalau anaknya 4 (10y,8y,5y,3y)dan dalam waktu family time misalnya sabtu ahad, apa yg bisa dilakukan di rumah dalam rangka membersamai anak.
(Hana, Jambi)

Julia Sarah:

Wa'alaikumsalam wr. wb. Mba Hana..
Bermain pada anak bisa kita lakukan hingga mereka besar.
Meskipun demikian, konteks 'bermain' pada anak usia dini tentulah berbeda dengan konteks 'bermain' pada anak pra baligh maupun baligh.
Pada anak-anak usia dini, kita bisa menyisipkan ilmu dan berbagai hikmah saat mereka bermain (ini konteksnya bermain dengan pengertian yg sebenarnya ya, Mba).
Sedangkan pada anak-anak yg lebih besar, kegiatan 'bermain' bisa dibuat dengan lebih serius, misal: melakukan sebuah proyek.
Konteks 'bermain' pada anak pra baligh maupun baligh bisa dimaksudkan dengan melakukan kegiatan bermanfaat/hobi anak, contoh: ada yg suka robotic maka 'bermainnya' bisa dengan membuat robot. dll

Aktivitas yang bisa dilakukan saat family time tentunya berbeda-beda di tiap keluarga. Keluarga kita sendirilah yang paling tahu apa yang dibutuhkan untuk membangun kelekatan antara orangtua-anak maupun antara kakak-adik. Beberapa contoh aktivitas family project tersebut misalnya: membuat perpustakaan keluarga, berkebun, membuat kue, merapikan-menata-menghias rumah, dll.

Bunda dapat juga mengajak anak-anak berdiskusi kira2 _family project_ apa untuk pekan ini? Lalu ajaklah anak secara bergantian menjadi ketua proyeknya. Bantu mereka membuat susunan acaranya, mendeskripsikan alat dan bahan yang dibutuhkan, mengatur pembagian tugas tiap anggota keluarga, membuat anggaran dana, dsb. Dengan dilibatkan, insyaAllah anak merasa dibutuhkan, percaya diri, dan mampu mengembangkan rasa tanggung jawabnya juga..

--------------------

Arifah : Pertanyaan 4
Assalamualaikum, bermain, sebuah kata yg indah & menyenangkan...
Ada yg bisa membantu bagaimana memahami bermain dlm keluarga yg sesuai dengan kaidah muslim ?
(Bambang, Jakarta)

Julia Sarah:
Wa'alaikumsalam wr wb Pak Bambang.

Dalam Al-Qur'an dan Hadits istilah permainan disebutkan dengan la'ib, lahwun, dan laghwun, dengan segala derivasinya.

Ayat2 Al-Qur'an yg mengandung kata tersebut bisa didapatkan dalam surat:
1. Al-Maidah : 57-58
2. Al-An'am : 32, 70, 91
3. Al-A'raf : 51, 98
4. At-Taubah : 65
5. Yusuf : 12
dll

Semua ayat tersebut memiliki benang merah bahwa bermain memiliki potensi makna yg negatif. (Untuk itulah..kita sama2 mempelajari bagaimana caranya agar dunia anak usia dini yg penuh dgn bermain bisa tetap bermain dengan bermanfaat dan pemuh hikmah)..

Hadits tentang permainan bisa dibaca yang konteksnya:
-Bunda Aisyah bermain boneka
-Anak2 diberi permainan dr bulu saat sedang berpuasa
-Malaikat Jibril tidak mau masuk rumah jk ada anjing (cucu Rasulullah pernah memiliki mainan anak anjing)

Berdasarkan sumber2 tersebut, DR. Yusuf Qardhawi dlm websitenya menyampaikan kaidah2 bermain dlm Islam. (mohon maaf saya lupa alamat webnya)

Adapun, beberapa hal yg perlu diperhatikan dalam urusan bermain adalah:
1. Jangan biarkan anak2 kita lalai. Ajari anak untuk tetap pandai mengatur waktu.
Anak tetap diingatkan untuk makan, mengaji, ibadah, dll.
2. Jangan paksa anak untuk bermain
3. Bermain adalah sarana, bukan tujuan
4. Pilih alat permainan yg benar :
-Tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain
-Tidak bermain dgn permainan yg dilarang oleh syariat
-Hindari permainan yg menyesatkan

--------------------

Arifah : Pertanyaan 5
Assalamualaikum..siang mba, salam kenal, sy dg Esty, bunda nya Noura (2 yo), sy mw btanya bagaimana mensiasati bermain dg anak yg mana saat kita sdh merancang suatu permainan edukatif yg kebetulan mengadopsi dr buku main anak jilid 1 tetapi anaknya kurang excited...shingga tujuan edukasi ny jd malah tdk tcapai..makasih.
Pertanyaan 6
Ketika kita sudah membuat jadwal permainan anak setiap hari, dan kita berusaha untuk menjalankan nya secara rutin.. Tapi anak kita ternyata sulit sekali diajak bekerja sama, kadang sulit untuk konsen di permainan ini, bahkan sering bosan..
Bagaimana cara mensiasatinya, agar jadwal bermain anak berjalan lancar sesuai dgn target yg sudah kita buat?
(Pramesetya, anak usia 17m)

Ini karena inti pertanyaannya mirip maka saya satukan ya

Julia Sarah:

Wa'alaikumsalam wr wb Mba Esty dan Mba Pramesetya..

Setelah kita tahu bahwa rentang konsentrasi anak itu pendek (lihat jawaban no 1), maka yg perlu kita lakukan ialah:

1. Mendesain permainan td semenarik mungkin.

2. Membuat permainan tsb *tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah*. Sebab, kedua hal ini akan membuat anak menjadi 'bosan'.

3. Memulainya dari jumlah yg sedikit.
Misalnya, saat transfer pompom bisa dimulai dengan hanya 10 pompom (kadang kita nyiapinnya kan sampai semangkuk penuh ya. Inilah mengapa anaknya kabur di tengah jalan, sebab memang kemampuannya blm bisa dikasih banyak2)

4. Memulainya dr yg paling mudah.
Misalnya, bermain puzzle. Mulailah dr jumlah kepingan yg sedikit. Puzzle knob-puzzle 4 keping-6 keping-9 keping, dst.
Mulailah dr ada gambar contohnya dahulu.
Jangan tiba-tiba kita berikan puzzle yg jumlah kepingannya 20an.
Ya jelas anaknya kabur (dalam pandangan kita ia bosan).
Begitu pula dengan menggunting,
mulai dengan menggunting pola lurus sekali "krek",
pola zigzag, pola melingkar.
Lalu dinaikkan menjadi 2x guntingan "krek-krek" dgn pola yg sama, lalu setelah mahir bisa diajak menggunting pola lingkaran dan bentuk lainnya.

5. Lakukan hal-hal yg meningkatkan fokus dan konsentrasinya ini setiap hari, di saat kondisi anak sdg senang, 1-5menit saja sudah sangat cukup.

6. Berempati pada anak.
Bunda-Bunda yg baik, terkadang ekspektasi kita terlalu besar pd anak, hingga akhirnya kita lupa bahwa mereka hanyalah anak-anak.
Dengan demikian, perlu sekali kita semua menghargai tiap proses yg dilakukan anak,
bukan hasil akhirnya.

7. Jauhkan anak dari hal2 yang dapat mengurangi fokus dan konsentrasinya.
Pastikan lingkungan internal dan eksternal anak mendukung.
Internal : anak tidak sedang dalam keadaan lapar, mengantuk, sakit, dll.
Eksternal : tidak ada suara yg menganggu, teman yg bermain di luar, dll.

Terkait jadwal..
fleksibellah ibu-ibu.
Inilah yang membedakan HS/HE dengan sekolah.
Sekolah memiliki jadwal yang ajeg.
Namun, sekolah di rumah bersama orangtua memiliki jadwal yang fleksibel.
Terlebih usia anak masih 17 bulan. Selama anak masih melakukan aktivitas lain yang positif, tak masalah. Kita jangan kaku pada jadwal.
Sebab, jadwal hanyalah sarana. Fokuslah pada tujuannya..
Tetap semangat.

--------------------

Arifah : Pertanyaan 7

Anak saya Perempuan usia 3 Tahun 3 Bulan.

Dia tipe anak yg highly sensitive, lemah lembut dan anak rumahan.

Fine sensory motorik nya baik,
tapi gross motorik nya kurang baik.

Misalnya, melompat,
lompatan nya belum sebagus lompatan teman seusia nya.

Baiknya apa yg harus saya lakukan ?

Dan permainan seperti apa yg harus saya terapkan ?

Terimakasih banyak

Rini Karawang

Julia Sarah:

Halo Bunda Rini..

Jika kita melihat kembali siroh Nabawiyah, masa-masa kecil Rasulullah saw dihabiskan di pedesaan yang merupakan alam terbuka sehingga baik untuk perkembangan motorik.

Maka, berangkat dr siroh, cobalah beri anak kesempatan untuk bermain di alam, Mba. Mengeksplor alam, mengamati tumbuhan dan binatang ciptaan Allah swt.

Ajak anak ke tanah lapang atau area outdoor (luar rumah/taman, dll) dan biarkan ia bergerak bebas, berlari, dll.

Bisa juga ajak anak ke tempat2 yang ada wahana bermain seperti perosotan, ayunan, dll.

Mungkin di awal anak terlihat kurang berani utk mencoba (apalagi jk anaknya tipikal slow warm/difficult child).

Peran kita sbg orangtua mengamati, memotivasi, dan mendampinginya. Tanpa perlu memaksa.

--------------------

Arifah : Pertanyaan 8
Anak saya usianya 19 bulan, masih sering memasukkan sesuatu ke mulutnya seperti tanah,perekat sepatu dsb.. anak saya paling tertarik main air,tanah, beras,tutup botol.. namun tanah beras sering dia coba makan jika saya perhatikan, lalu saya bantu main tanahnya dengan pasir pasiran dari sagu tapi masih ttp dimakan juga, walau itu aman tapi tetep khawatir kalau fase oralnya blm tuntas. Untuk anak yg fase oralnya blm tuntas mainan apa yg tepat? Terimakasih
(Naisa, Jakarta)

Julia Sarah:

Halo Bunda Naisa,

Saya tidak merekomendasikan bahan makanan utk dijadikan mainan.
Selain mubazir dalam agama Islam, anak jadi "rancu" saat beraktivitas makan beneran
(banyak kejadian saat anak diajak main rainbow mie, maka saat waktu makan mie anaknya menjadikan mie tsb mainan).

Jika fase oralnya belum tuntas memang ada baiknya tidak memberikan mainan kecil-kecil yang mudah tertelan/akan dimakan anak.
Paling aman main air, botol, serta manfaatkan benda2 sekitar yang ada di rumah
(misal: bowling dari botol bekas, wayang boneka, menuang air ke dalam botol, dll)
sambil terus disounding anaknya jika memakan sesuatu yg bukan makanan,
"Kakak..ini bukan makanan, tidak boleh dimakan, ya." dll.

--------------------


Sebagai penutup, izinkan saya menyampaikan bahwasanya..

Menjadi orangtua ialah tugas mulia bagi kita semua. Masa kanak-kanak merupakan masa emas yg tak bisa terulang kembali.

Ingin jd seperti apa anak kita nanti? Orangtualah aktor terpenting yg melukiskan karakter, sikap, pemahaman dasar pd saat mereka balita. Isilah dunia balita kita melalui ragam kegiatan yg benar dan baik untuk mereka. Tanamkan iman mereka di 5 tahun pertamanya dengan sangat kuat..

Jadilah orangtua yg sadar, bukan orangtua yg pingsan atau pura2 pingsan. Sehingga, dengan kesadaran tsb kita bisa benar2 tahu mana yg baik dan mana yg buruk utk anak.

So, mari kita bersama2 berusaha menjadi orangtua yg bersungguh-sungguh membentuk dan menanamkan iman pd anak. Agar, saat kita meninggal nanti, ada anak soleh yg mendo'akan. Agar, tak ada generasi lemah yg kita tinggalkan. Terus bertumbuh dan belajar bersama. Semangat..

Wallahu'alam

Mohon maaf utk segala kekurangan dan kesalahan. Yg benar dtgnya dr Allah swt yg salah dr saya pribadi..

Wassalamu'alaikum wr wb

You Might Also Like

0 komentar