Resume Materi #1 Kuliah Matrikulasi Batch #4 IIP

Senin, Mei 22, 2017



KELAS MATRIKULASI BATCH #4
INSTITUT IBU PROFESIONAL 



ADAB MENUNTUT ILMU



Senin, 15 Mei 2017
Disusun oleh Tim Matrikulasi - Institut Ibu Profesional


Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.
Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu.
Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.
Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU.
ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang ingin mencarinya. Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.
Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami Adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain?

Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan.
Para ibulah nanti yang harus mengamalkan ADAB menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh ADAB baik dari Ibunya.




ADAB PADA DIRI SENDIRI

a.     Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk.
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.
b.     Selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.
c.     Menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.
d.     Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.
e.     Bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.




ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU)


a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada DIA yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.
b. Hendaknya penuntut ilmu mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya.
c. Penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.




ADAB TERHADAP SUMBER ILMU

a. Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari.
b. Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya.
c. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.
d. Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat "copas dari grup sebelah" tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana.
e. Dalam dunia online, harus menerapkan "sceptical thinking" dalam menerima sebuah informasi. Jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.
Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, sehingga mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat.


Referensi :
Turnomo Raharjo,
Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012.

Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (pendidikan dalam perspekitf hadis), Jakarta: Amzah,
2014, hlm. 5

Muhammad bin sholeh, Panduan lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015

 
klik gambar untuk memperjelas

klik gambar untuk memperjelas





SESI TANYA JAWAB


1. Iin
Bagaimana caranya kita menyampaikan suatu ilmu terhadap orang yg lebih tua atau ortu ,yg terkadang berbeda pemahaman, Khawatir ada penyampaian ilmu yg kurang berkenan?

Jawaban :

BismiLLaah...
Baik mba iin, ketika sedang berhadapan  dengan orang yang lebih tua sebaiknya kita susun tatanan bahasa kita. Kita sampaikan dengan penuh sopan santun. Apa yang kita akan sampaikan hendaknya kita sampaikan perlahan-lahan.

Apabila terdapat perbedaan pemahaman, dilihat dulu apa yg menyebabkan perbedaan tersebut. Tempatkan kita disudut pandang seperti orang tua. Tarik benang merahnya. Pasti nanti akan ketemu. Perlahan tapi pasti kita sampaikan pemahaman kita, berusaha pahami juga pemahaman dari (pihak) orang tua. In syaa Alloh akan diterima oleh orang tua.

Bisa juga disampaikan tanpa kesan menggurui.
Buat pendekatan, kondisikan (diri kita) menjadi orang yang mereka butuhkan. Dalam bentuk apapun kebutuhan mereka itu terhadap kita. Karena menjadi orang yang dibutuhkan akan lebih mudah –bagi kita untuk- diterima kata-katanya.

Mungkin cara lain yang bisa dipakai adalah dengan memanggil orang yang lebih paham (cari penengah) yang dihormati oleh (pihak) orang tua. Misalnya imam sholat dimasjid, atau pemimpin pengajian yang dihormati oleh orang tua. Kadang masukan "orang yang dianggap paham" lebih bisa diterima dari pada ucapan kita, anak kemaren sore.

Perlu menyediakan stok sabar berlimpah memang, jadikan diri teladan dulu kemudian baru mengajak dan jangan pernah berharap instan hasilnya, mungkin butuh proses berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Kalau berhubungan dengan mertua, ada baiknya kita memperbaiki diri terlebih dahulu, agar kita setidaknya mendekati sosok menantu idaman, dengan begitu, insyaAlloh akan lebih mudah untuk memberi pemahaman apapun ke pihak mertua.

Berlepas diri dari "membutuhkan" mereka, dengan sendirinya mereka Akan melihat Dan menilai bahwa perkataan kita layak didengar atau dipertimbangkan. -Menjadi sosok yang- Dibutuhkan dan berlepas diri dari "membutuhkan" membuat mereka secara perlahan berpikir bawah kita mulai dewasa secara pemikiran dan keputusan. Sehingga akhirnya mereka pun mau mengakui bahwa apa yg kita "pegang" layak mereka dengar, bahkan terima untuk diterapkan.
Allaahu'alam..

2. Izzun
Kan dalam hadist dijelaskan amalan yg dibawa setelah meninggal dunia salah satunya ilmu yg bermanfaat, maksudnya ilmu yg bermanfaat yg bagaimana yg akan menjadi amalan untuk kita?

Jawaban :

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang terus mengalir. Yang terus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misal kita mengajarkan anak-anak membaca iqro. Ini alif ba dst... ketika sang anak menjadi seseorang yang fasih membaca alQur'an dan terus dipakai dalam kesehariannya (sholat), itu disebut dengan ilmu yang bermanfaat.
Bisa dikatakan bahwa ilmu yang dengannya (ilmu tersebut) orang menjadi semakin dekat dengan Allah, mengenal Allah Dan mengagungkanNya.

Bagaimana dengan ilmu yang bukan berkaitan dengan agama ?
Misalnya, ilmu nya berupa keahlian. Kita berikan keahlian ini kepada orang lain, untuk pelatihan dan sebagainya.

Selama ilmu nya tentang kebaikan tetap saja akan menjadi amal sholeh, baik itu urusan agama/ibadah ataupun bukan.
Pelatihan menjahit misalnya. Mengajarkan kepada teman kita bagaimana cara menjahit yang baik. Ketika teman kita menjadi mahir. Artinya ilmu yang kita berikan kepadanya memberikan manfaat dikehidupannya.

Imam Ibnu Rajab (wafat th. 795 H) rahimahullaah mengatakan, “Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal.

Pertama, mengenal Allah Ta’ala dan segala apa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskan adanya pengagungan, rasa takut, cinta, harap, dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan sabar atas segala musibah yang Allah Ta’ala berikan.

Kedua, mengetahui segala apa yang diridhai dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin serta ucapan. Hal ini mengharuskan orang yang mengetahuinya untuk bersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya.

Apabila ilmu itu menghasilkan hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat. Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap di dalam hati, maka sungguh, hati itu akan merasa khusyu’, takut, tunduk, mencintai dan mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qana’ah dan zuhud di dunia.” [3]

Sumber : https://almanhaj.or.id/2309-pengertian-ilmu-yang-bermanfaat.html

3. Puput Wilda
Di materi dikatakan ketika mencari ilmu harus ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal buruk. Bagaimana seseorang dikatakan ikhlas dan bersih jiwa dalam mencari ilmu? Lalu bagaimana tips nya agar kita selalu dapat menjaga hati kita sehingga termasuk orang-orang yang ikhlas dan bersih jiwanya?

Jawaban :

Luruskan niat. Bersihkan niat dalam hati kita untuk menuntut suatu ilmu semata-mata demi meningkatkan derajat kemuliaan hidup, maka kita akan mencari ilmu dengan cara-cara yang mulia. 
Ikhlas. Hilangkan dendam dan luka sehingga kita bisa tulus dalam mencari ilmu demi kerahmatan semesta bukan untuk kepentingan tertentu.
Tips :
Selalu berhusnuzhon
Menjaga dzikir kita
Selalu mengingat Alloh dlm hati kita apapun kondisi kita

Keikhlasan dalam menuntut ilmu akan memberikan pengaruh kepada pribadi orang tersebut yang dapat dirasakan oleh orang yang berada di sekitarnya. Di antara tanda-tanda ikhlas dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut :

Membuahkan ilmu yang bermanfaat
Tanda paling jelas yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki niat yang benar dalam menuntut ilmu adalah ilmu tersebut bermanfaat bagi dirinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

1.        مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الهُدَى وَالعِلْمِ، كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ، قَبِلَتِ المَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ وَالعُشْبَ الكَثِيرَ

“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah utus diriku dengan membawa keduanya sebagaimana permisalan hujan lebat yang membasahi bumi. Diantara tanah yang diguyur air hujan, ada tanah yang subur, yang menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tetumbuhan dan rerumputan yang lebat” (HR. Bukhari)

Seperti itulah permisalan ilmu yang bermanfaat bagi seorang hamba. Ilmu tersebut akan memberikan manfaat kepada pemiliknya khususnya, dengan membuat hatinya semakin lembut, jiwanya semakin tunduk kepada Rabb-nya, lisan dan pandangannya semakin terjaga, dan seterusnya.

Tidak hanya itu, manfaat ilmunya juga meluas kepada orang-orang di sekitarnya dengan akhlaknya yang semakin mulia serta ilmu yang telah ia raih ia ajarkan kepada orang-orang di sekelilingnya.
Inilah tanda yang pertama yang menjadi poros bagi tanda-tanda lainnya, ilmu tersebut bermanfaat bagi dirinya.

Mengamalkan ilmu
Ilmu dicari untuk diamalkan. Oleh karena itu, Allah Ta’ala akan bertanya kepada semua orang yang telah belajar, apa yang telah mereka amalkan dari ilmu yang ia miliki?

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ … وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki hamba di hari kiamat sampai ia ditanya,(salah satunya) tentang ilmunya, apa yang sudah dia amalkan?” (HR. Tirmidzi, beliau nilai hasan shahih. Dan dinliai shahih oleh Al Albani)

Ketika seseorang memiliki niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu, maka ia akan mengerti bahwa ilmu yang ia cari bukanlah tujuan akhir, tetapi bekal dia untuk beramal sehingga ia akan berusaha mengamalkan setiap ilmu yang ia miliki.

Adapun orang yang niatnya rusak, maka mengamalkan ilmu bukanlah tujuan yang hendak ia capai. Oleh  karena itu, Al Khatib Al Baghdadi rahimahullah mengatakan, “Seseorang tidak dianggap berilmu selama ia tidak mengamalkan ilmunya” (Iqtidhaa-ul ‘Ilmi Al ‘Amal hal. 18, dinukil dari Tsamaratul ‘Ilmi Al ‘Amal, hal. 45)

Terus memperbaiki niat
Orang yang merasa telah ikhlas dalam menuntut ilmu merupakan ciri tidak ikhlasnya ia dalam menuntut ilmu. Orang yang ikhlas justru terus memperbaiki dirinya dan meluruskan niatnya dalam setiap amalannya dan tidak merasa dirinya telah ikhlas.
Sebagaimana yang dikatakan ‘Amr, “Barangsiapa yang mengatakan dirinya adalah orang yang berilmu, maka dia adalah orang yang bodoh”.

Ibnu Rajab mengatakan, “Orang yang jujur akan merasa takut dirinya tertimpa kemunafikan dan takut mengalami su-ul khatimah” (lihat Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘alal Khalaf, hal. 30-31)

Semakin tunduk dan takut kepada Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman,
2.       إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang yang takut kepada Allah diantara para hamba-Nya hanyalah orang yang berilmu” (QS. Fathir : 28)
Pada ayat di atas Allah menyebutkan bahwa orang yang takut kepada-Nya adalah orang yang berilmu. Oleh karena itu, semakin bertambah ilmu seseorang, semakin tunduk ia kepada Rabb-nya. Sebagian ulama mengatakan, “Siapa yang takut kepada Allah maka dia adalah orang yang berilmu. Dan siapa yang bermaksiat kepada Allah maka dia adalah orang yang bodoh” (dinukil dari Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘alal Khalaf hal. 26).
Ini adalah buah dari ilmu yang bermanfaat, ilmu yang dicari semata-mata karena mengharap wajah-Nya.

4. Ai
Bagaimana hukumnya copas tulisan orang walau hanya di dunia maya? Tanpa mencantumkan sumber dll, apalagi didunia bisnis upline kita menghalalkan untuk copas dari member lain selama satu jaringan. Islam memandangnya seperti apa?

Jawaban :

Setiap Hal yg Ada kontrak perjanjiannya (misalnya dalam satu team dan ada perjanjian boleh copas tulisan supaya lebih booming) maka tidak masalah. Tapi jika tanpa ada perjanjian, secara hukum melanggar undang-undang dan secara agama itu dzalim.
Kalau seperti copas tanpa ada nara sumber itu termasuk sariqoh (pencurian ilmu) dan hukumnya tidak boleh menurut syariat, karena telah berpura-pura menampakkan sesuatu yang tidak ia punyai.

Terlebih tidak berdasarkan Al Qur'an dan hadist.

Nah...Selama owner(pemilik gambar) mengijinkan berarti boleh ya mbak?Dlu saya pernah OL selama 1,5th...Mundur teratur gegara takut hukum dropship+cantumkan gambar tanpa sebutkan asal-usulnya...

Apapun yang kita share yang kita copas, ingat akan ada hisab nya nanti. Jadi lebih berhati-hati saja. Dan memang seyogianya memimta izin terlebih dahulu, agar tidak ada ketidak-ikhlasan Dari orang yang memang telah membuatnya pertama kali.
Bisa mencantumkan sumber buku atau sumber link yang kita buka dari internet misalnya.

Dari sudut pandang pribadi, agaknya kurang santun ya.
Akan lebih baik jika kita menyusun kalimat sendiri atau eksperimen sendiri.
Apalagi jika yang dicopy adalah suatu ilmu baru.
Kita harus mencari tahu kebenarannya.
Jika yang kita share tidak benar,
bisa jadi kita akan menanggung amal buruk.
Maka disini di IIP, bu Peni sangat tidak menyukai copas yang tidak disertai sumber yang jelas.

5. Nia Yuningsih
Bagaimana adab kepada sang penyampai ilmu jika sang penyampai ilmu itu masih anak-anak atau teman dekat?
Apakah Tawadhu itu jadi kewajiban dalam menuntun ilmu?

Jawaban :

Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa jangan dilihat siapa yang menyampaikan ilmu, tetapi lihatlah apa isi dari ilmu itu.
Jadi meskipun dari anak kecil sekalipun kalau itu baik, kita harus terima memang benar adanya.
Mba nia harus mengetahui apa arti tawadhu itu lebih dulu. Jika memang penting maka bisa dimasukkan ke dalam kewajiban
.
Sebaiknya kita harus bisa menghargai pemberi ilmu, percaya dengan pemberi ilmu walaupun usianya di bawah kita kalau memang memiliki kemampuan di atas kita kenapa tidak.
Tawadhu dan tabayun itu penting dalam menuntut dan menyampaikan ilmu supaya bisa tetap ikhlas, rendah hati dan pahala pun bertambah.
Tabayun perlu untuk mengcross check kebenaran suatu ilmu.
Sedangkan tanpa tawadhu dalam menuntut ilmu pastilah ilmu nya tidak akan bermanfaat bagi si penuntut ilmu.
Secara tidak sadar kita sering merasa lebih ketika berhadapan dengan anak kecil/teman dekat.
Tapi ilmu bisa datang dari mana saja ketika kita mengikhlaskan hati untuk menerimanya.
Akan ada rasa segan menerima ilmu dari orang yg kita remehkan, tapi hati kita pasti akan merasakan kebenarannya tanpa memandang siapa yang menyampaikan ilmu itu.
Diri kita juga harus dibersihkan supaya bisa menerima ilmu dari siapapun.
 Akan sulit menerima ilmu ya bu, tanpa tawadhu..
biasanya ilmu yg didapat hanya untuk hal yg kurang bermanfaat, misalnya : Berdebat.

6. Ninis
Bagaimana cara menghilangkan rasa merasa sudah tahu sehingga kadang merasa malas menerima ilmu dari org lain? 
Contoh : Kadang ada ibu yang sudah berhasil mengasuh anaknya  sampai sukses, kadang si ibu ini merasa pengajarannya terhdap anaknya cocok di aplikasikan untuk orang lain, padahal kan setiap anak itu unik, tidak bisa dididik dengan cara yang sama antara satu dengan yang lain.

Jawaban :

Tetap rendah hati, merasa diri tidak sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Alloh. 
Abaikan sikap ibu tersebut, karena tidak semua anak sama. Karena anak itu unik jadi kembali lagi kepada kita sebagai orang tua yang mendidik anak kita.
Di sisi lain, kita bisa ikhlas menerima saja, jika orang tua mengajarkan sesuatu yang menurut kita tidak sesuai. Mau kita terapkan atau tidaknya kembali ke diri kita masing.
Maksud si Ibu mungkin baik ingin berbagi ilmunya karna merasa anaknya sudah berhasil, tidak ada salahnya beliau menularkan ilmunya.

7. Kartika
Tentang poin A adab terhadap sumber ilmu. Maksud “tidak meletakan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dlm bntuk buku ktika sedang kita pelajari” maksudnya bagaimana ya?

Jawaban :

Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang dipelajari. Contoh nya: menyimpan buku diatas meja/dialasi saat digunakan, merawat buku dengan baik, tidak melipat kertas/halaman buku saat kita akan menadai/batas halaman tapi dengan cara menyelipkan pembatas buku, dll.

8. Ekta
Bagaimana kita sebagai penuntut ilmu menghadapi sesama penuntut ilmu yang selalu menyangkal atau bertanya sampai diluar batas ilmu yang diberikan oleh guru/pemberi ilmu?? Bagaimana Cara menghadapi nya agar kita tetap memiliki adab penuntut ilmu, tidak terbawa emosi karena terganggu atau terbawa arus oleh si penyangkal ilmu?

Jawaban :

Selalu sabar.
Kita harus bisa meredam emosi kita. Karena dengan terbawa emosi tidak akan menghasilkan apa-apa.
Mungkin dapat dijelaskan dengan bukti nyata berupa tindakan yang dapat dirasakan oleh orang tersebut dan orang-orang disekitarnya.
Mungkin kita juga harus berbaik sangka. Terkadang orang yang banyak bertanya tentang ini itu, karena jiwanya masih belum puas dengan apa yang disampaikan oleh gurunya. Jadi cukup menjadi pendengar yang baik, tanpa menyertakan hati. Tidak perlu menanggapi hal yang dirasa tidak bermanfaat untuk kita.

9. Sunayah
Bagaimana cara menghilangkan rasa malas untuk belajar, kadang untuk mengulang ulang pelajaran menjadi malas?

Jawaban :

Luruskan niat, kembalikan tujuan awal kita belajar itu untuk apa. Selalu niatkan untuk ibadah dan mengharap ridhoNya . Jika malas mendatangi hidupkan lagi mood booster kita.
Kadang kita harus memaksa diri untuk memulai.
Jika masih malas juga, kita bisa berdo’a minta pada Allaah supaya dijauhkan dari rasa malas.
Bisa juga dengan mengubah metode belajar atau tempat belajar.

10. Adlin
Saya rasa selama ini ilmu yang saya pelajari kurang nempel.  Selain karena jarang mengulang apa juga karena tidak ada rasa ikhlas dari diri? Dan saya ini pelupa sekali. Tiap setelah baca sesuatu saya selalu tidak ingat sumbernya tapi saya yakin pernah membaca itu. Ini yang membuat saya ga pernah berani menjadi apa-apa. Bagaimana caranya biar ga jadi begitu?

Jawaban :

Tanamkan rasa percaya diri. Apabila ada yang harus dicatat sebaiknya kita catat untuk mengantisipasi kalau kita pelupa. Suatu saat ketika kita membutuhkan kita bisa buka catatan kita. Jangan pernah ragu-ragu dalam melakukan sesuatu, bulatkan tekad kalau kita ingin menyelesaikan sesuatu. Ingat hasil apa yang akan kita raih.
Ikatlah ilmu dengan menulisnya.
Apapun ilmunya, sebisa mungkin dicatat.
Jadi, bukan hanya anak yang harus punya buku catatan.
Seorang ibu juga harus punya buku catatannya sendiri.
Mungkin juga ini sebabnya kelas matriks mengharuskan kita untuk resume di gdocs/blog.
Biar ilmu nya nyantol.
Mungkin Karena beberapa hal sampai sekarang aku ga bisa percaya diri.  Harus diselesaikan ya? Bagaimana caranya?
Sering ngomong sambil ngaca.
Minimal kalau kita tahu ekspresi kita ketika berbicara. Jadi kita bisa mengenali karakter wajah kita, saat tertawa seperti apa, saat berbicara seperti apa.

11. Swesti Nisita
Bagaimana cara kita untuk membersihkan diri kita dari hal2 yang buruk?
(sblm memulai belajar, Berwudhu dan mmbaca taawaauz) kah? 
Bagaimana cara kita mengurangi merasa rasa sudah bisa atau lebih dr pemateri yg ada (memudahkan perkara)

Jawaban :

Yang mba Swesti sebutkan tadi tidak ada salahnya. Untuk memulai sesuatu tetap harus selalu mengingatNya, menyebut asmaNya.
Tetap tawadhu karena manusia tidak luput dari kekhilafan.
Tanamkan rasa ingin belajar yang kuat, meskipun dianggap sudah mahir tapi tetap belajar itu harus.
Membaca istigfar sebanyak-banyaknya. Malah istigfar bukan hanya saat mau belajar, disetiap waktu sangat dianjurkan.
Sebagai upaya membersihkan diri kita dari dosa-dosa.Manusia tempatnya khilaf.
Cara lain, kita baiknya merasa banyak di luar sana yang lebih pintar secara keilmuan, jadi dengan begitu ada rasa menghormati pemateri/guru bahkan teman.
Kalau kita memang lebih tahu, bisa disampaikan apa yang kita tahu (tanpa menyanggah/merasa paling benar). Karena sering kali dalam dunia kerja misalnya, trainee memiliki ilmu lebih banyak daripada trainer.
Asalkan dengan dasar ilmu yang jelas dan bisa dipertanggung-jawabkan, bukan berdasarkan opini.
Selalu menerapkan sifat rendah hati dan terus belajar dari orang lain serta lingkungan luar agar kita tidak merasa paling pintar.
Seperti pepatah "di atas langit masih ada langit".
Jadilah seperti padi, semakin berisi makin ia menunduk.

12. Kartika Karbar
Ada seseorang yang senang mengikuti majelis ilmu, namun dia merasa tidak merasakan hasilnya. Pertanyaannya apakah dia salah dalam cara belajarnya atau dia belajar pada orang yang tidak bisa mengajarinya?

Jawaban :

Sepertinya mindset nya yang perlu diubah.
Mungkin ketika hadir di majelis ilmu dia tidak fokus, perhatiannya teralihkan. Ada yang menghalanginya untuk menyerap ilmu tersebut.
Tidak merasakan hasil dari ilmu yang dipelajari, mungkin karena tidak mengamalkan / mempraktekkan ilmu yang didapat tersebut.
Belum ikhlas membuka diri dalam menyerap ilmu.

13. Asri Rizki Kurnia
Dalam menularkan adab yang baik dalam sebuah keluarga pasti membutuhkan kekompakan suami dan istri, akan tetapi jika hal ini hanya dilakukan oleh satu pihak bagaimana langkahnya agar kedua pihak sepakat/satu visi untuk menularkan adab yang baik kepada mereka? Baik itu dalam hal etika atau akhlak?

Jawaban :

Samakan dulu visi kita dengan suami. Karena kalau hanya sepihak, tidak akan berjalan. Tentukan tujuan bersama, rencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tsb. Tetapkan aturan yang harus ditaati oleh anggota keluarga. Misalnya dalam etika di ruang makan, singkirkan gadget, yang ada hanya makanan dan pembicaraan yang hangat diruang makan.
Rumah tangga itu seperti team, satu sama lain harus kompak.
Kalo diibaratkan mobil, anggaplah suami istri adalah ban kanan dan kiri. Walau garis finishnya sama, tapi jika keduanya ingin lewat jalan berbeda, tidak akan sampai. Yang ada hanya ribut nantinya.
Dimulai dari diri sndri, kita perbaiki diri dulu, baik sebagai istri maupun ibu. Baru kita perlahan memberi tau melalui contoh dari diri kita dulu.

14. Siti Kurniasih
Bagaimana caranya agar kita disiplin dalam memanage waktu untuk mencari ilmu sedangkan waktu kita sangat terbatas karena pekerjaan di tempat kerja maupun dirumah, kadang sedikit waktu malah digunakan untuk beristirahat?

Jawaban :

Buat jadwal. Tentukan prioritas kita.
Patuhi  jadwal yang sudah kita buat.
Ketika waktunya istirahat, beristirahatlah karena tubuh kita perlu recharge seperti halnya hp kita.


Selesai...

=========================================

Diskusi nya lumayan seru.
Hanya saja mungkinkarena terlalu larut, jadi hanya tinggal beberapa saja yang online.
Akhirnya, diskusi ini dilanjutkan keesokan paginya.
Berikutnya, kita akan ada Nice Homework yang berkaitan dengan materi pertama ini.





You Might Also Like

0 komentar