Secarik Doa di Masa Lalu

Rabu, April 22, 2020



Tadi sore saya melihat Mas Suami memegang selembar kertas yang diambil dari sebuah kotak berdebu.

Yap, kotak itu memang isinya benda-benda yang sudah tidak terpakai cukup lama, tapi masih penting. Seperti kabel, kunci, label jualan jaman dulu, dan lain lain.

Ketika itu, Mas Suami sedang mencari kabel bekas dan membuka kotak itu.

Tapi...
Saya lupa kalau saya juga menyimpan sebuah catatan di situ.
Nah, dibacalah catatan kecil saya dulu olehnya.

Isinya apa?

Ini dia, taadaaa...

[Gambar disensor :)]

Tertanggal September 2011.

Duhhh... Maluuuuuuuuu tak terkira.

Pengin tertawa guling-guling. Hahahahaaaa 🙈

Diriku sendiri saja bacanya malu banget! Hahahaa...
*Pengin ngumpet di kolong

Saking malunya, saya langsung meremas kertas itu hingga keriting seperti di gambar.

Flashback


Jadi...
Saya memang bukan tipe cewek yang suka pacaran a.k.a. punya cowok. Malah saya berniat untuk tidak ingin pacaran.

Saking niatnya, sejak SMA saya sama sekali tidak memakai skincare apalagi makeup dan abai pada kondisi wajah.
Ketika itu wajah saya super duper belang dan damaged.

Setiap pulang sekolah dan buka kerudung, langsung terlihatlah itu belang seperti sedang memakai topeng. Macam Hitam-Putih.

Bukan hanya belang, tapi juga —mungkin— rusak. Kusam, berminyak, banyak jerawat dan bekasnya, banyak pimple, apa saja lah keluhan kulit sepertinya jadi satu di muka ku.

Sengaja.

Supaya tidak ada cowok yang naksir. Terutama yang naksirnya karena fisik.
—Eh, tapi mah tetep aja ya ada yang suka, wkwkwkkk!—

Butuh waktu bertahun-tahun hingga kini kondisi wajah saya kembali membaik. Agak menyesal juga sih kenapa dulu se-ekstrim itu ke kulit—wajah—.

Kemudian


Ketika masa kerja, banyak dari teman-teman kerja yang berpacaran. Jalan bareng, diantar-jemput kerja, dan semacamnya.

Apakah itu membuat saya ingin punya pacar?
TIDAK.
Tapi membuat saya pengin ketemu jodoh. Hihii

Sekitar satu tahun dari tanggal yang tertera di kertas itu, saya bertemu dengan Mas Bojo.

Alhamdulillaah tidak perlu waktu lama, kami pun menikah.

Catatan pentingnya adalah ketika aku menjaga diri, di sisi dunia yang lain ada jodohku yang juga terjaga.

Dan itu terus berlaku hingga masa pernikahan.

Bahkan juga berlaku prinsip; ketika aku terus belajar dan memperbaiki diri, di belahan bumi yang lain dimana pasanganku berada, dia pun terus belajar dan memperbaiki diri.

Pesan suami; jangan hanya terjebak romansa cinta sampai ke surga, tapi kita harus sungguh-sungguh ikhtiar untuk bisa  sampai  ke surga bersama.

Bismillaah..

You Might Also Like

0 komentar