Tiga Bulan Homeschooling (Review)

Senin, Oktober 01, 2018



Tiga bulan sudah kami memulai homeschooling.
Saya pribadi merasa masih kurang efektif dan maksimal.
Karena Ummi masih harus nyambi Syaima dengan tugas² luar negeri di siang hari. Kalau sebelumnyanya tugas luar negeri biasa ummi kerjakan di tengah malam, sekarang sudah tidak bisa lagi, karena Abi tidak kasih izin di samping ummi memang tak lagi sanggup begadang di masa hamil ini.
Belum lagi ditambah sensasi kehamilan di trimester ke-2.
Sekarang Ummi di trimester ke-3 dan sensasi nya makin menguat.
Cepet lelah, ngos-ngosan, lina-linu, susah gerak, dan lain sebagainya.

Selama tiga bulan ini, kegiatan kami kebanyakan bermain. Ya gitu, rasanya hanya main-main saja.
Tapi saya menangkap perkembangan pesat pada Syaima.

Fokus ummi masih pada 5 hal : Tauhid, akhlak, adab, practical life dan sensory.
Ditambah dengan perluasan wawasan umum, karena Syaima lagi suka bertanya ini ono.
Ohiya satu lagi, tentang bahasa.

Jadi, sekarang Syaima sudah paham bahwa orang yang hidup di muka bumi ini berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda. Lokasi (negara) mereka berbeda-beda. Dan fisik mereka juga tidak sama.

Ini menjadi kesempatan saya untuk mulai mengenalkan bahasa asing.
Yang pertama adalah bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Bahasa Arab mulai saya kenalkan dari doa sehari-hari.
Setelah mengucapkan doa, biasanya akan saya jelaskan bahwa ini adalah bahasa Arab, artinya adalah bla bla bla..

Untuk bahasa Inggris sendiri masih sedikit sekali, hanya kata atau kalimat yang biasa dia dengar sehari-hari saja, dan itu jarang.
Belum masuk kategori penting juga sih.

Salah satu yang menjadi dasar mudahnya mendidik 5 (+2) hal di atas ke anak usia dini seperti Syaima (selain doa) adalah 3 landasan utama dan berbicara dengan baik dan benar.
(3 landasan utama : Allaah, Rasulullaah, Islam).

Kami (saya dan suami) terbiasa berbicara dengan bahasa baku kepada Syaima.
Lempeng aja gitu..
Tidak menggunakan bahasa slang, apalagi bahasa kekinian. No.

Selain lebih mudah membuat anak paham, juga lebih mudah mengajarkan cara bicara yang santun pada anak.

Selain itu, anak akan lebih mudah menerima nasihat ketika kita berbicara dengan bahasa baku (baik dan benar, sesuai kaidah tata bahasa).
Walaupun tentu saja tidak baku-baku amat.

Dan yang paling penting buat para emak adalah : Dengan bicara bahasa baku, emak akan lebih mudah mengendalikan emosi pada ucapannya ketika amarah sedang berkobar-kobar.
Hihii..

Demikianlah review tiga bulan yang asal-asalan ini.

Terimakasih 💋






You Might Also Like

0 komentar