Hyper Parenting
Rabu, Oktober 31, 2018Oleh: Ustadz Harry Santosa
Kita butuh referensi dalam mendidik anak, itu benar, namun kalau belum apa apa sudah banyak bertanya pada manusia apalagi google maka kita akan bingung sendiri dan akan sakit kepala krn informasi bisa berbeda. Abah ini bilang gini, Ayah itu bilang begitu, Ustadz ono bilang begono dstnya.
Menurut riset, para orangtua millennial (millennials parents) kelahiran 70-90, menjadikan Google dan tetangga baru sebagai New Grandparents, tempat bertanya apapun.
Keluarga muda tanpa warisan yang cukup sudah pasti tinggal di daerah pinggiran, di perumahan baru dan tetangga baru serta masjidpun juga masih baru. Ayah tentu bekerja jauh ke tengah kota, berangkat gelap pulang gelap, kadang tak siap dicurhati istri. Ini jelas kondisi parentless.
Tinggalah sang ibu harus membesarkan anak anaknya nyaris sendirian, orangtua jauh di desa dan tak paham kondisi. Jadi informasi terdekat dalam mendidik didapat dari seminar parenting dan google. Ya itu tadi, malah informasi bisa berbeda beda dan membuat bingung.
Apalagi google, hasil pencarian google itu yang teratas bukan yang paling benar tetapi yang teratas itu yang paling tenar.
Akibatnya para orangtua millennial jadi Hyper parenting. Informasi membanjir namun sedikit hikmah yang bisa diambil. Drowning in information but Starving in Knowledge. Ditambah lagi anak anak mereka adalah gen Z, kelahiran 1995 ke atas bahkan gen Alpha kelahiran 2010 ke atas yang super duper ajaib karena memang Allah ciptakan agar bisa hidup pada zamannya bukan zaman ortunya.
Kasus kasus di luar rumah, seperti penculikan, human traficking, lgbt, narkoba, pornografi, depresi dll semakin membuat para ortu menjadi paranoid, riset bahkan menyebut gaya parenting orangtua millennial condong kepada Helycopter Parenting, serba protektif. Ini justru kelak membuat anak jadi lambat dewasa dan tidak mandiri.
Lalu Bagaimana?
Ketahuilah bahwa tiap zaman unik, tiap anak unik, tiap keluarga unik, tidak ada tips n trick parenting yg berlaku utk semua orang dan semua kondisi. Tiada magic medicine yg bisa menyelesaikan dan menyembuhkan semua hal.
Aqidah kita mengajarkan utk "iyyaka na'budu, wa iyyaka nasta'in" , mintalah pertolongan pertama kepada Allah dan pertamalah bertanya meminta pd Allah. Lalu tanyalah nurani dan bangkitkan fitrah dan aqal kita utk temukan solusi. Jadi jangan belum apa apa sudah bertanya pada manusia dan google.
Sambutlah panggilan menjadi orangtua sejati. AlQuran menampilkan sosok LuqmanulHakim, seorang hamba sahaya, bukan nabi, bukan rasul, namun keren dalam mendidik anak anaknya sehingga dipilih menjadi ayat ayat di dalam surat Luqman, sekaligus mengabadikan nama LuqmanulHakim.
Sungguh sungguh kami curahkan hikmah yang banyak kepada Luqman, karena ia banyak bersyukur. Inilah kuncinya, "syukur", yaitu menyambut panggilan dengan suka cita menjadi ayah bunda sejati dalam mendidik anak.
Jadi ingat bahwa orangtua versi terbaik dan ahli parenting terbaik untuk anak anak kita adalah kita sendiri, ayah bundanya. Allah telah instal fitrah parenting dalam diri tiap orangtua yang diberi amanah anak, maka bangkitkan saja fitrah itu dengan penuh bahagia.
Tiap manusia atau tiap anak itu sangat rumit dan kompleks, maka tiada solusi instan dan mudah, semua solusi hanya bisa diperoleh dengan membersamai tumbuh kembang fitrahnya.
Mintalah pada Allah untuk senantiasa intervensi memberikan solusi, agar tak menjadi orangtua yang hyper parenting tetapi orangtua yang rileks dan optimis membersamai tumbuh kembang fitrah ananda.
Salam Pendidikan Peradaban.
#fitrahbasededucation #pendidikanbsrbasisfitrah
0 komentar