Game 7 : Kegiatan Syaima di Dalam Rumah & Curcol

Senin, Mei 28, 2018

Pagi hari kami diawali dengan jalan-jalan santai yang sudah dipost di sini.

Usai jalan pagi, kami istirahat sejenak, duduk lesehan beralas plastik di pojok halaman dekat pohon bidara dan kebun mini kami.

Tidak lama kemudian, ada salah satu anak tetangga menghampiri.
Ini adalah salah satu bagian paling bikin galau.
Yaitu ketika anak yang ini datang menghampiri.
Di satu sisi, Syaima ingin bermain, di sisi lain sebenarnya saya kurang suka.
Karena entah bagaimana anak sekecil ini sudah bisa memendarkan negative vibes.

Betul saja.
Tidak lama berselang si kakak dari anak ini datang dan ikut bermain (selisih mereka sekitar 1.5 tahun).
Dan drama dimulai.
Si kakak-adik ini berrebut buku Syaima, kemudian si adek ngambek dan membanting buku.
Oh nooo...
Saya tidak suka dan tidak mau Syaima terpapar hal macam ini.

Saya hanya bisa menasihati anak-anak tersebut dan terus mengawasi.

Drama masih berlanjut.
Dan si adik mulai bersikap kurang sopan (menurut saya) dengan memalingkan muka sambil mengucap “huh!” dan menjawab dengan ketus ketika Syaima memanggilnya.
Ya ampun.. Tepuk jidat..

Saya bisa apa, ibu nya pun melepaskan mereka begitu saja. Tidak memantau atau mengawasi seperti apa sikap anak-anaknya.
Atau bisa jadi memang di keluarga mereka hal itu adalah biasa.
Yang penting anak main keluar dari rumah, di rumah santai, main gadget, ga berisik, ga 'digangguin'. Saya malah pernah mendapati mereka menyuruh-nyuruh anak-anaknya main ke luar atau ke tetangga.

Balik lagi ke drama tadi, yang ternyata masih berlanjut. Ga perlu saya ceritakan detailnya lah ya. Yang jelas bikin saya ngelus dada, antara kasian dan tidak suka.

Permainan pindah ke rumah depan, dimana anak-anaknya sudah agak besar dan adabnya baik.
Tapi si adik itu tadi mengajak, membujuk, merayu Syaima agar pulang dan mau main dengan dia saja di rumah kami.
Padahal Syaima masih ingin bermain di rumah depan.

Selidik punya selidik, ternyata si adik masih ngambek pada si kakak yang juga bermain di sana. Jadi dia tidak mau bergabung main di sana.
Ketika memasuki pagar, saya langsung bertanya pada Syaima,
“Syaima kenapa ?”

“Aku mau main, tapi aku mau ke rumah mba X”.

“Ya sudah, sana main ke rumah mba X, boleh kok.”

Lalu dia kembali main ke rumah mba X, rumah depan.

Tidak lama kemudian si adik ini ngajak balik, dan lagi, dan lagi.
Uhh, sampai saya gemes.

Ternyata di rumah depan ada anak lain yang hari sebelumnya berantem dengan si adik.
Ya Allaah, anak kecil udah kenal dendam dan dengki ?

Terakhir si adik ini ngajak Syaima balik, saya masih dengan ucapan yang sama, “main saja ke mba X, boleh kok.”

Dan Syaima yang juga mulai kesel pun ngomong dengan tegas ke si adik bahwa dia mau main di mba X. Lalu Syaima mengajak saya untuk ikut ke rumah depan.

Di sana saya memperhatikan anak-anak dari luar teras. Anak-anak membujuk si adik untuk berbaikan dengan anak yang satunya, lalu menyuruh mereka bersalama.
Di situ saya agak syokk, bukanya bersalaman, si adik itu malah melukai tangan si anak lain yang akhirnya anak ini pulang dalam keadaan menangis.

OMG, saya melongo.

Dari tempat saya duduk, saya bisa mendengar anak tadi mengadukan nama si adik ini ke mama nya.
Herannya, ibu dari si adik ini anteng saja, padahal beliau di rumah dan rumahnya ada diantara rumah kami dengan rumah anak yang menangis tadi.
Tidak ada reaksi apapun.

Lagi-lagi saya merasa butuh ngurut dada.

Sebenarnya saya pun tidak mau si adik (& kakaknya) main ke rumah kami karena adab mereka kurang terjaga. 'Slanang-slonong' sesuka hati dan cara bermainnya yang kasar.

I knew, setiap keluarga punya gaya masing-masing.
Mungkin di rumah mereka, semua itu hal lumrah yang bukan masalah.
Begitupun sebaliknya, di rumah kami juga ada peraturan.

Jadi, teman-teman dan Buibu, ketika anak bermain, pastikan dampingi atau setidaknya dipantau.
Dan yang terpenting bekali dengan adab dasar yang baik, supaya tidak mengganggu atau melanggar peraturan di rumah lain ketika sedang bermain.

Sekian curcolnya. Hehee. Semoga bisa diambil hikmahnya.

Sesekali kita perlu berpikir :
“Seperti apa kelakuan anak kita ketika di rumah orang lain ?”

------------------

Lanjut ke laporan hari ini.

Sepulang dari bermain, Syaima saya fokuskan di dalam rumah saja.
Walaupun anak-anak sebelah ramai bermain di jalan.

“Ummi, kenapa dia bermain di luar ?”

“Tidak apa-apa, biarkan saja.”

Sebenarnya saya mau ngajak Syaima main di teras. Tapi kalau kita main di teras, pasti si anak-anak tadi pada nyamperin dan konsep permainan yang saya rencanakan biasanya akan langsung luluh-lantak.
Ya, maafkan, saya belum bisa menghandle anak-anak seperti mereka, maafkan..

Balik ke laporan.

Syaima banyak bermain di rumah, saya bebaskan dia.
Dari bermain rice transferring dengan makok dan gelas, pretend play, balok, mewarnai, menggunting, baca buku, sampai bermain 3 part card dan mengambil barang-barang di tempat tingi sendiri menggunakan bangku (di cantolan dan di atas lemari).

Dia menyiapkan semua permainannya sendiri dan membereskan sendiri sebagian besarnya.
Ada beberapa bagian yang belum dibereskan.
Tidak apa, itu pun sudah bersyukur.

AlhamduliLLaah, alhamduliLLaah.

Kalau ada emak-emak yang pilah-pilih teman untuk anaknya, that should be me.

Karena anak saya masih mudah mendapatkan pengaruh apapun, yang baik ataupun buruk.
Saya hanya berusaha menjaganya.

Ada waktunya kelak dia bisa melindungi dirinya sendiri.
Tapi bukan sekarang.

 

You Might Also Like

0 komentar