Ibu yang Perfeksionis ?

Kamis, Juli 26, 2018

Materi level ini seru banget.


Judulnya aja tentang kreativitas.

Alhamdulillaah saya sudah sejak awal menyadari bahwa anak sudah membawa bibit kreativitas nya masing-masing.


Yang menjadi tantangan adalah bagaimana saya bisa terus mengasah kreativitas nya..


Saat usia Syaima 3 tahun, kami sudah mengizinkan nya masuk sekolah.


Tapi...

Bukan agar dia menjadi anak yang lebih 'kreatif'.


Alhamdulillaah kami menemukan sekolahan yang fleksibel. Dimana saya boleh request apa apa saja hal yang bisa diikuti Syaima.


Karena saya memahami bahwa dalam benak Syaima "Sekolah" = "Banyak teman dan banyak mainan", maka saya mencoret daftar 'baca tulis hitung' dari jam belajar Syaima.


Alhamdulillaah diizinkan oleh para guru.


Jadi sebagian besar waktu selama di sekolah adalah waktu bermain.

Dan saya tidak bisa seperti ibu-ibu lain yang bisa ngerumpi saat anak masuk kelas.

Saya full mendampingi nya agar tidak menggangu teman lain yang sedang mengikuti jam belajar.


Pun di rumah.

Saya mengizinkan dia bebas mengeksplorasi apa yang dia inginkan sambil dibarengi dengan mulai mengajarkan tanggung jawab membereskan apa yang sudah dia kerjakan.


Kamu tau bagaimana rasanya menjadi diriku ?


Saya adalah tipikal orang yang perfeksionis.


Semua hal harus sesuai dengan sudut pandang dan step yang saya ketahui.


Tidak hanya dalam hasil, tapi juga dalam proses nya saya tipe orang yang perfeksionis.


Selain itu dalam hal seperti kerapihan, kebersihan, "keutuhan", safety dan lainnya, sangat saya perhatikan.


Lalu kemudian saya memiliki anak dimana saya sudah memasang mind set bahwa setiap anak punya caranya sendiri.


Jadi saya merasakan yang namanya benturan di dalam diri.


Dulu, ketika baru menikah, mungkin saya masih bisa memaksakan kehendak pada suami dan suami masih bisa bersabar menghadapi saya.


(*Makanya di awal pernikahan kita sering berantem dan saya sering merasa kurang bersyukur. Sekarang saya tau sebab nya..)


Tapi pada seorang anak, saya tidak akan bisa memaksakannya.


Hingga saya mengambil kesempatan ini sebagai terapi untuk diri saya sendiri.


Agar saya menjadi pribadi yang lebih slow dan "menerima kenyataan".

Bahwa, yes she can!


Sedikit demi sedikit karakter perfeksionis saya mulai luntur dan digantikan dengan keyakinan bahwa anakku bisa !


Dia punya caranya sendiri !


Yang setiap hal yang pada akhirnya, apa yang dia lakukan selalu membuat saya takjub dan bertahun.


MasyaaAllaah...


Terimakasih nak, kreativitas mu adalah bagian dari perbaikan diri ummi 💝



#tantangan10hari

#level9

#kuliahbunsayiip

#thinkcreative



You Might Also Like

0 komentar