Materi level ini seru banget.
Judulnya aja tentang kreativitas.
Alhamdulillaah saya sudah sejak awal menyadari bahwa anak sudah membawa bibit kreativitas nya masing-masing.
Yang menjadi tantangan adalah bagaimana saya bisa terus mengasah kreativitas nya..
Saat usia Syaima 3 tahun, kami sudah mengizinkan nya masuk sekolah.
Tapi...
Bukan agar dia menjadi anak yang lebih 'kreatif'.
Alhamdulillaah kami menemukan sekolahan yang fleksibel. Dimana saya boleh request apa apa saja hal yang bisa diikuti Syaima.
Karena saya memahami bahwa dalam benak Syaima "Sekolah" = "Banyak teman dan banyak mainan", maka saya mencoret daftar 'baca tulis hitung' dari jam belajar Syaima.
Alhamdulillaah diizinkan oleh para guru.
Jadi sebagian besar waktu selama di sekolah adalah waktu bermain.
Dan saya tidak bisa seperti ibu-ibu lain yang bisa ngerumpi saat anak masuk kelas.
Saya full mendampingi nya agar tidak menggangu teman lain yang sedang mengikuti jam belajar.
Pun di rumah.
Saya mengizinkan dia bebas mengeksplorasi apa yang dia inginkan sambil dibarengi dengan mulai mengajarkan tanggung jawab membereskan apa yang sudah dia kerjakan.
Kamu tau bagaimana rasanya menjadi diriku ?
Saya adalah tipikal orang yang perfeksionis.
Semua hal harus sesuai dengan sudut pandang dan step yang saya ketahui.
Tidak hanya dalam hasil, tapi juga dalam proses nya saya tipe orang yang perfeksionis.
Selain itu dalam hal seperti kerapihan, kebersihan, "keutuhan", safety dan lainnya, sangat saya perhatikan.
Lalu kemudian saya memiliki anak dimana saya sudah memasang mind set bahwa setiap anak punya caranya sendiri.
Jadi saya merasakan yang namanya benturan di dalam diri.
Dulu, ketika baru menikah, mungkin saya masih bisa memaksakan kehendak pada suami dan suami masih bisa bersabar menghadapi saya.
(*Makanya di awal pernikahan kita sering berantem dan saya sering merasa kurang bersyukur. Sekarang saya tau sebab nya..)
Tapi pada seorang anak, saya tidak akan bisa memaksakannya.
Hingga saya mengambil kesempatan ini sebagai terapi untuk diri saya sendiri.
Agar saya menjadi pribadi yang lebih slow dan "menerima kenyataan".
Bahwa, yes she can!
Sedikit demi sedikit karakter perfeksionis saya mulai luntur dan digantikan dengan keyakinan bahwa anakku bisa !
Dia punya caranya sendiri !
Yang setiap hal yang pada akhirnya, apa yang dia lakukan selalu membuat saya takjub dan bertahun.
MasyaaAllaah...
Terimakasih nak, kreativitas mu adalah bagian dari perbaikan diri ummi 💝
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative
A. LIMBAH DETERGEN
Detergen adalah campuran berbagai bahan yang terbuat dari turunan minyak bumi, yang digunakan untuk membantu pembersihan. Apabila dibandingkan dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Hal pertama yang terpikirkan untuk mencuci pakaian tanpa menimbulkan sampah biasanya adalah menghindari detergen yang dibungkus dengan plastik. Jadi fokusnya ke packaging.
Padahal, alasannya bisa jauh lebih dalam dari itu.
Kalau hanya masalah packaging, tentu bisa memilih produk pencuci pakaian yang less packaging atau menggunakan kemasan yang bisa di-reuse atau recycle.
Namun, ternyata kebanyakan produk deterjen komersial ada yang masih kurang ramah lingkungan dan mengandung bahan kimia yang bila digunakan secara terus menerus dan massive serta dalam jumlah yang tidak mampu ditolerir, maka dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan. Selain itu, pada kondisi tertentu dapat juga membahayakan dan mengganggu makhluk hidup di sekitarnya.
Terhadap kesehatan, beberapa jenis bahan dalam detergen dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan berbahaya bila terhirup.
Apa saja bahan penyusun detergen yang dimaksud? Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Surfaktan yang merupakan zat aktif detergen yang dapat melarutkan kotoran. Contohnya : Nonlphenol ethoxylate atau NPE (dapat mengiritasi kulit dan sistem syaraf), linear alkyl benzene sulfonates atau LAS (karsinigenik).
2. Builder (pembentuk), berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Contohnya : fosfat seperti STPP yang dapat memicu eutrofikasi, Sodium lauryl sulfate (SLS) dapat mengubah sistem imun (kekebalan) dan Sodium laureth sulfate (SLES) yang bersifat karsinigenik.
3. Aditif yaitu bahan tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dll. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Selain itu, keberadaan busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab menurunnya oksigen terlarut di dalam air karena menutupi kontak air dan udara. Hal tersebut dapat menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian ☝🏼
Referensi lebih lengkap bisa dilihat di gambar di bawah ya.
Lalu bagaimana solusinya?
Kita bahas next, insyaaAllaah.
Salam spark joy ✨
- Komunitas Konmari Indonesia -
*dari berbagai sumber
#PlasticFreeJulyIndonesia
#MenataDiriMenataNegeri
“Teh, anak saya nggak suka matematika, jadi saya homeschoolingkan saja biar nggak usah belajar matematika di sekolah. “
“Anak saya mau fokus di bidang bisnis aja, nggak usah belajar pelajaran lain, percuma nggak kepake juga nanti”
“Yang penting anak saya agamanya bagus. Nggak apa-apa akademiknya jelek juga”
“Anak saya bakatnya nyanyi, nggak perlulah dipaksa belajar sains dan sosial”
“Ibarat elang, kalau mata pelajaran terbang kan hebat. Coba kalau dia dipaksa memanjat, pasti dia akan merasa bodoh”
Banyak pertanyaan dan pernyataan senada yang diungkapkan orangtua berkenaan dengan minat bakat anak. Tak sedikit orangtua memutuskan Homeschooling hanya sekedar berdasarkan pertanyaan, pernyataan dan asumsi-asumsi seperti ini.
Attitude
Setiap manusia diajarkan untuk senantiasa berjuang dan berkorban. Termasuk dalam belajar. Saat kita melihat anak tidak suka satu bidang pelajaran, kita perlu mengamati dan mengevaluasi, apakah memang masalahnya pada kemampuan atau kemauan? Tak sedikit anak yang malas belajar dan orangtua yang malas mencari solusi akhirnya menyerah dalam pernyataan "anak tidak suka dan tidak harus belajar sesuatu".
Manusia pada dasarnya malas belajar, malas untuk serius. Jangankan pada hal yang tidak disukai, pada hal yang disukai pun demikian. Anak yang suka memencet tuts piano dengan riang belum tentu tahan fingering berjam-jam saat latihan piano. Anak yang suka berdebur-debur di kolam belum tentu tahan sejam latihan renang dengan serius.
Banyak orangtua mengira anak tidak suka atau tidak berbakat di satu bidang pelajaran, karena anak tidak menampakkan kemajuan berarti disitu. Ikut latihan vokal baru beberapa kali pertemuan sudah off. Ikut latihan olahraga baru beberap bulan sudah stop. Sementara sarana, alat dan dana sudah digelontorkan.
Padahal masalahnya mungkin bukan pada bakat atau minat, tapi pada attitude. Malas, terburu-buru, tidak sabar, tidak suka metode belajar, tidak suka tempat belajar, ingin segera bermain-main, kesal pada orangtua dan guru, seringkali menyebabkan proses belajar mandek.
Mengajari anak agar mencintai proses belajar, sabar dan tekun dalam menimba ilmu dan melatih keahlian, bersemangat untuk meraih keberkahan dalam satu bidang ilmu, adalah konsep dasar yang harus ditanamkan pada anak-anak.
Pendidikan Dasar
Saat ini sulit menjadi seorang ahli di berbagai bidang sekaligus. Ya jago nyanyi, ya hafizh Qur'an, ya ilmuwan sains, ya pengamat politik, ya menguasai 7 bahasa asing, ya bisa mengobati orang sakit. Maka memilih satu bidang tertentu untuk dikuasai lebih realistis.
Namun ada pendidikan dasar yang seharusnya tidak dilepas begitu saja. Setiap anak harus mempelajarinya sampai taraf praktis dia bisa hidup 'normal' dan terpenuhi semua kebutuhannya.
Berbeda dengan para binatang di animal school yang memiliki struktur tubuh dan fitrah yang berbeda-beda, manusia secara umum memiliki kompetensi dasar yang sama yang harus dikuasai.
Beberapa hal yang perlu diajarkan antara lain :
1. Kemampuan berpikir logis. Pendidikan matematika yang baik sampai taraf tertentu sangat membantu anak menguasai metode berpikir logis. Ini akan membantu anak menganalisis, mengasah kecerdasan, terhindar dari hoax dan pemahaman yang dangkal. Juga akan melindungi anak-anak kita dari penipuan, pembodohan dan penguasaan kaum lain.
2. Kemampuan berkomunikasi. Anak harus mampu berkomunikasi dengan lingkungannya. Kemampuan memahami bahasa, menyampaikan maksud, memahami lawan bicara adalah kemampuan dasar yang harus dikuasai semua anak. Jangan sampai anak stress dan tertekan karena tidak mampu berkomunikasi dengan lingkungannya
3. Al Qur'an dan Bahasa Arab
Bagi setiap muslim, membaca, menghapalkan al Qur'an menjadi kewajiban. Meskipun anak tampak tidak berbakat menghapal, orangtua tidak boleh berlindung dan mencari alibi. Proses membaca dan menghapal al Qur'an harus tetap dilakukan semampunya.
Mengerti sedikit bahasa Arab juga penting. Minimal bisa tahu kapan mesti berhenti dan melanjutkan ayat saat membaca al Qur'an. Setidaknya bisa tahu perbedaan huruf dan kata, kata dan kalimat sebagai dasar pemahaman tajwid, juga untuk mempermudah proses menghapal.
4. Olahraga
Meskipun anak (dan orangtua) tampak tidak suka berolahraga, mengajari anak berolahraga sangat penting. Minimal anak bisa berjalan jauh (hiking), berlari kecil (jogging) dan berenang. Memperbanyak aktivitas outdoor juga sangat membantu proses belajar anak-anak, memastikan otot mereka tumbuh dan berkembang baik, serta mendapatkan udara segar.
Survival
Tugas orang tua antara lain membentuk anak agar mampu survive di berbagai kondisi. Bisa mengenal bumi dan berbagai sumber dayanya, bisa hidup di perkotaan, bisa menerima berbagai tradisi dan kebudayaan, bisa makan beragam jenis makanan di manapun berada, bisa tahan di berbagai iklim dan cuaca, bisa menikmati hidup di berbagai situasi dan kondisi.
Jangan biarkan anak manja dan mudah mengeluh jika harus keluar dari zona nyaman. Tidak bisa makan kalau tidak dengan ayam goreng, tidak bisa tidur kalau tidak ber AC, tidak bisa mencium bau asing, tidak bisa masuk kamar mandi yang sedikit kotor, tidak bisa tinggal di desa, tidak bisa kotor, tidak tahan hiruk pikuk, dll.
Dengan memahami hal-hal tersebut, orangtua akan mampu mendidik anak yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Anak-anak seperti ini akan mengerahkan potensinya dengan optimal. Orangtua tak harus lelah mendorong seperti mendorong mobil mogok. Meskipun mewah, mobil mogok tetap melelahkan untuk didorong..
Oleh Yuria Cleopatra
Hari ini belajar mencocokkan potongan mainan uang-uangan.
Tadinya saya mau bikin sendiri, ngumpulin gambarnya sendiri, ngprint sendiri.
Tapi kualitas nya tenyata kurang memuaskan..
#perfeksionis
Alhamdulillaah saya berlangganan paket belajar dari Mungilmu.
Pada salah satu edisinya, ada printable mata uang kertas rupiah.
Alhamdulillaah alhamdulillaah..
Tapi hari ini kita berburu buku di Gramedia.
Berbekal voucher Sodexo beberapa lembar, Syaima happy banget ketika diberitahu akan diajak ke 'toko buku besar'.
-Karena toko buku nya memang besar, namanya saja Gramedia Mall, tapi Mall yang sepi, hehee-