[Reblog] Berhitung, Mari Kita Berhitung!
Senin, Maret 19, 2018Seorang anak berdiri di depan kelas, suaranya lantang-setengah berteriak nyaring mengucapkan baris-baris kalimat:
"Satu kali satu, saaatu.
Dua kali satu, duuua.
Tiga kali satu, tiiiga."
Dan seterusnya hingga usai sepuluh kali sepuluh.
Sekali ia lupa dan berhenti, makaaaa jebreeeeeet sebuah penggaris panjang mendarat di kakinya, diiringi ucapan "hafalkan lagi yang benar! Jangan main melulu! Duduk! Besok maju lagi! Bunga, sekarang giliran kamu, ayo maju!"
Sound familiar?
Adakah Buibuk-Pakbapak era 80-an mengalami hal yang sama dengan saya saat sekolah dulu? Maju ke depan kelas satu-persatu untuk kemudian "setoran" perkalian 1 hingga 10.
MENGHAFAL!
Hmm..benarkah Matematika hanya untuk dihafal?
Seberapa banyak anak-anak yang kemudian menganggap pelajaran ini menjadi sebuah "momok menakutkan"?
Seberapa banyak di antara kita yang kini masih memahami konsep trigonometri, logaritma, vektor, koefisien, dan lainnya lagi?
Lupa? Kalau saya sih iyesss, ga tahu kalo Mas Anang =D
Lupa karena ga dipraktikkan. Ahh.. tak sebatas itu, tapi saya lupa karena hanya menghafal rumus, wkwk.
Bagi kita, yang kini tak berprofesi menjadi guru Matematika dan variasinya, pelajaran tersebut mungkin telah menguap entah ke mana. (Kita? Saya doang kalee, ehehee)
Tapi, benarkah Matematika hanya sebatas hafalan rumus?
Ahh..tentu tidak, bukan?
Betapa Matematika adalah kawan kita sehari-hari, Pak-Buk.
Bukankah setiap hari kita melihat angka pada jam? Pada kalender? Pada layar HP?
Bukankah kita setiap hari bertransaksi melalui alat tukar yang memerlukan operasi penjumlahan-pengurangan-perkalian-pembagian?
Bukankah kita seringkali membeli telur 1/2kg, terigu 1/4kg, ikan teri se-ons, dan seterusnya?
Nahh..sungguh, jikalau demikian Matematika tak pantas jika sekadar dihafalkan.
Ia harus dipahami, dimengerti, diaplikasikan.
Bahkan, sebagai seorang Muslim kita akan banyak bersinggungan dengan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala yang berkaitan dengan angka, dengan hitungan.
Perintah sholat, misalnya. Lima kali sehari. Belum termasuk sunnah muakad dan ghairu muakadnya. Juga qashar dan jama'-nya.
Perintah zakat, misalnya. Berapakah total yang harus dikeluarkan dari harta kita? Dari pertanian? Dari hewan ternak? Dan sebagainya.
Warisan. Perintah menyusui dan menyapih. Jarak tempuh yang membolehkan seseorang menjama' sholat. Masa iddah. Fidyah. Perhitungan bulan dan tahun, malam-malam ganjil Lailatul Qadr, serta yang lainnya adalah hal-hal dalam Al-Qur'an yang memerlukan hitungan, membutuhkan pemahaman konsep dasar
Matematika.
Lalu, bagaimana bisa seorang anak memahami ilmu hitung-berhitung ini jika sedari awal Matematika telah menjadi momok baginya? Tak menyenangkan mempelajarinya? Dan bahagia jika gurunya tak masuk kekelasnya *ups.
Benarkah menghitung harus diajarkan nanti setelah anak berusia 7 tahun ke atas?
Benarkah Matematika tak bisa diajarkan pada anak-anak yang masih dalam tahap sensorimotor dan tahap praoperasional?
Bukankah, setiap hari pun anak kita terpapar angka? Pada jam dinding, kalender, remote, dll?
Bukankah secara tak langsung ia mengenal tulisan 1, 2, 3, dan seterusnya?
Bukankah mengenal bilangan 0-9 (baik kuantitas maupun simbol tulisannya) adalah modal dasaaaar sekali dalam konsep Matematika sebelum mempelajari hal lainnya yang lebih kompleks?
Bahkan, bukankah kita dipinta mengajak si kecil sholat ketika ia berusia 7 tahun? Maka, sebelum usia 7 tahun ada baiknya jika kita telah mengajarkan hal-hal yang ia butuhkan untuk belajar sholat, misalnya mengenalkannya dengan wudhu, waktu sholat, serta jumlah raka'at sholat. Bukankah perintah sholat sendiri membutuhkan pemahaman kuantitas dan urutan?
Angka ada di mana-mana dalam keseharian si kecil.
So, bagaimanakah menstimulus kecerdasan Matematika-logis pada si kecil?
Menurut Howard Gardner (profesor pendidikan yang memperkenalkan teori multiple intelligence), kecerdasan logika matematika ialah kemampuan menggunakan angka dengan efektif, termasuk menyimpulkan dan berpikir menggunakan logika.
Berpikir logis adalah kemampuan bernalar secara runut untuk melihat pola suatu masalah dan menemukan solusi yang rasional untuk masalah tersebut.
Kemampuan ini mencakup mengakses informasi, memikirkan alternatif jawaban, hingga memutuskan jalan keluar yang paling solutif.
Bunda, aritmatika merupakan dasar kecerdasan matematika, namun aspek kecerdasan matematika lainnya juga penting, seperti kemampuan bernalar dan memecahkan masalah. Mempelajari matematika adalah sebuah proses pemecahan masalah, kemudian mengaplikasikan apa yang telah dipelajari saat menemukan masalah baru.
Anak-anak dengan kecerdasan logika matematika ini suka bertanya, menginvestigasi, dan mencari solusi. Kecerdasan ini juga ditunjukkan dengan penerapan prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari, seperti menggunakan angka-angka, kata-kata, simbol matematika untuk menjelaskan sesuatu; mendengarkan cara berpikir orang lain; menjelaskan proses berpikir untuk mendapatkan jawaban; serta memberikan solusi atas permasalahan tertentu.
Apakah anak-anak kita harus mengikuti les tertentu untuk menstimulasi kecerdasannya ini, Bunda?
Tidak juga..menstimulasi kecerdasan logika matematika ini bisa kita lakukan dari dalam rumah sendiri.
Misalnya, dengan melibatkan anak ketika menghitung kembalian uang belanja, membagi makanan dengan jumlah yang sama pada adik-adiknya, membandingkan jarak yang lebih jauh antara jarak rumah ke sekolah atau ke rumah nenek, dan sebagainya.
Dasar-dasar matematika ini penting untuk menumbuhkan rasa suka si kecil dalam proses pembelajarannya. Agar ia tahu, bahwasanya matematika tak hanya rumus-rumus yang dihafal, namun sesuatu yang aplikatif dalam kehidupannya sehari-hari.
Apa sajakah kemampuan dasar matematika yang perlu ditumbuhkan pada anak-anak kita?
• Kemampuan mengelompokkan
Dalam hal ini, anak diharapkan dapat mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, maupun bentuk tertentu. Anak mampu mencari, mengumpulkan, meneliti, hingga menemukan sesuatu yang bersifat sama. Bunda dapat mengajak si kecil mengumpulkan benda-benda yang memiliki karakteristik yang sama, misalnya: ajaklah si kecil merapikan mainannya ke dalam beberapa kotak. Kotak pertama untuk lego, kotak kedua untuk mobil-mobilan, dan seterusnya.
Aktivitas lain yang bisa si kecil lakukan antara lain:
-mengelompokkan benda-benda di rumah yang memiliki warna yang sama.
-mengelompokkan benda-benda di rumah yang memiliki bentuk yang sama.
-memisahkan dua jenis benda (kacang, kancing, batu, kerang, dll) ke dalam dua wadah berbeda.
-dll
• Kemampuan menyusun
Dalam hal ini, anak diharapkan mampu menyusun sesuatu secara urut. Misalnya, menyusun benda dari yang paling pendek hingga yang paling panjang, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, dari yang paling tinggi hingga paling rendah, dan seterusnya.
Aktivitas yang bisa si kecil lakukan antara lain:
-Menyusun buku di rak buku dari yang paling tebal hingga paling tipis.
-Berbaris dengan kakak/adik dari yang paling rendah hingga paling tinggi.
-Menyusun piring dari yang paling besar hingga paling kecil
-dll
• Kemampuan Mengenal pola
Dalam hal ini, anak diharapkan dapat mengenal dan menyusun pola-pola yang terdapat disekitarnya secara berurutan. Misalnya, Bunda meletakkan benda berwarna merah-kuning-merah-kuning secara horizontal. Lalu, pintalah si kecil untuk melanjutkannya. Benda berwarna apakah selanjutnya? Setelah memahami urutan dua pola, Bunda dapat menambahkannya menjadi tiga pola, dst.
Aktivitas yang dapat dilakukan bersama si kecil:
-meronce (sedotan, manik-manik, dll) sesuai dengan pola tertentu.
-menjepit magkuk dengan jepitan baju sesuai dengan pola tertentu.
-menjepit kertas dengan penjepit kertas sesuai dengan pola tertentu.
-dll
• Kemampuan Mengenal Ukuran
Dalam hal ini, anak diharapkan dapat mengenal konsep berat-ringan, jauh-dekat, panjang-pendek, tinggi-rendah, dll.
Aktivitas yang dapat dilakukan si kecil antara lain:
-mengukur benda menggunakan jengkal jari tangan/penggaris.
-mengukur jarak menggunakan langkah kaki (misal jarak dari kasur ke lemari pakaian, jarak dapur ke ruang tamu, dll)
-menimbang bahan-bahan makanan saat akan membuat kue.
-mengukur tinggi badan dengan menyatukan balok mainan.
-dll
• Kemampuan Mengenal Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda, berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati benda-benda yang ada di sekitarnya. Misalnya, lingkaran, segitiga, bujur sangkar, persegi panjang, oval, dll.
Aktivitas yang dapat dilakukan si kecil antara lain:
-membuat berbagai bentuk geometri menggunakan playdough.
-membuat berbagai bentuk geometri menggunakan stik es krim.
-membuat berbagai bentuk geometri menggunakan sedotan.
-dll
• Kemampuan Mengestimasi/Memperkirakan
Dalam hal ini, anak diharapkan dapat memiliki kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu. Misalnya, perkiraan terhadap waktu, luas jumlah, ataupun ruang.
Aktivitas yang dapat dilakukan si kecil antara lain:
-menanam kecambah lalu mencatat durasi waktu pertumbuhannya. (berapa hari tumbuhnya?)
-memantulkan bola (anak menebak berapa kali pantulan bola yang tercipta jika dipantulkan tinggi? jika dipantulkan rendah?)
-memperkirakan luas buku dengan kepingan uang logam.
-memperkirakan jumlah sumpit dalam genggaman tangan.
-dll
• Kemampuan Mengenal Bilangan
Salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak adalah pengembangan kepekaan bilangan.
Bagaimanakah cara mengenalkan bilangan pada anak?
Dahulu, Dr Montessori mengamati banyak siswa yang kesulitan belajar matematika karena matematika diajarkan secara 'tradisional'. Anak-anak langsung dikenalkan oleh simbol angka melalui buku, teks, dan papan tulis sehingga matematika di mata mereka benar-benar abstrak.
Oleh sebab itulah, Dr Maria Montessori membantu anak usia dini memahami dan membangun konsep matematika melalui alat-alat tertentu sehingga konsep yang abstrak tersebut menjadi jelas. Anak-anak mendapatkan pengalaman nyata sehingga mampu mengenal konsepnya secara konkret.
Apa sajakah alat yang dapat membantu anak memahami konsep tersebut?
1. Number Rods
Alat ini berbentuk balok panjang dengan kombinasi warna merah dan biru.
Ada sepuluh buah balok.
Balok terpendek berukuran 10cm dan terpanjang berukuran 100cm.
Melalui balok ini anak-anak dapat mengenal bahwasanya konsep angka adalah sebuah kumpulan/jumlah. Anak juga dapat mengenal kuantitas jumlah 1-10. Mengetahui bahwa dua lebih banyak dari pada satu, tiga lebih banyak daripada dua, dst.
2. Sandpaper Number
Merupakan kartu angka 0-9 yang terbuat dari kertas tebal/kayu, sedangkan angka terbuat dari amplas.
Melalui alat ini anak dapat mengetahui simbol dari kuantitas bilangan 1-10 serta mengetahui arah menulis angka.
3. Number Rods dan Kartu
Alat yang digunakan ialah number rods (seperti pada no.1) dan kartu angka 1-10 (bisa dibuat dari kertas tebal)
Dengan memadukan number rods dengan kartu 1-10 anak dapat mengasosiakan simbol angka dengan kuantitasnya serta dapat memahami urutan 1-10.
4. Spindle Box
Alat ini berupa :
- Kotak kayu yang memiliki sekat dan bertuliskan angka 0-9 (satu kotak angka disekat dengan satu kotak lainnya).
- 45 Batang pasak (bisa disubstitusi dengan sumpit)
Melalui alat ini anak dapat mengenal angka 0, mengetahui konsep kosong=0, serta praktik langsung menghitung benda 0-9 secara konkret.
5. Cards and Counters
Alat ini berupa:
- Kartu angka 1-10
- 55 bulatan kecil berwarna merah (bisa disubstitusi dengan benda lainnya, yang penting 55 benda tersebut merupakan benda yg sama)
Melalui alat ini anak-anak dapat berlatih menghitung 1-10 serta dapat memahami konsep bilangan ganjil-genap.
Dalam Metode Montessori, urutan adalah jantungnya semua alat Montessori. Dengan demikian, diharapkan anak-anak mampu belajar Matematika ini secara berurutan.
Setelah mengenal bilangan 1-10, dalam metode Montessori pembelajaran Matematika ini diteruskan dengan pengantar sistem desimal, menghitung linear 11-99, operasi sistem linear, serta komposisi dan dekomposisi nomor.
Bunda, semoga dengan tulisan singkat ini dapat memberi sedikit manfaat dalam membersamai ilmu berhitung untuk si kecil di rumah, yaaa.
Semoga tidak ada lagi anak yang menjadikan matematika menjadi momok dalam kehidupannya.
Semoga anak-anak kita mampu mengaplikasikan ilmu berhitung dalam kehidupannya secara baik dan benar.
Semogaaa kelak ilmu berhitung ini mampu mengantarkan kita mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita.
Sebagaimana Umar bin Khattab mengatakan, ""Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab (di hari kiamat), dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang (di hari kiamat)."
Mari, berhitung!
Oleh :
Julia Sarah Rangkuti
angkaquran.com
IG @juliasarahrangkuti
web juliasarahrangkuti.com
0 komentar