Sepotong Cerita tentang Palestina

Jumat, Januari 04, 2019

Khalid

- Guide yg seru, lucu plus haru -


Tgl 24,25,26 Desember 2018 kemarin saya sekeluarga singgah di Palestina. Ini impian saya sejak kecil ketika almarhum Bapak saya berkisah ttg Nabi Musa & kaumnya Bani Israel, dan sejarah zionisme Israel.


Saya begitu terkesan dg cerita Bapak, namun kesan ini sulit saya turunkan ke ketiga anak saya (Dio 19th,  Iban 15th, Jenar 11th) besar kemungkinan krn perbedaan generasi antara sy dg anak2 dan “modal pengetahuan” saya yg menipis. Itu makanya cinta mereka kepada Al-Aqsho saya rasa tergolong biasa saja.


Impian masa kecil dan tanggungjawab mewariskan kesan cinta ke anak2 itu itu menjadi lebih kuat ketika saya membaca hadist ttg tiga masjid yg utama dikunjungi yaitu: Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah dan Al-Aqsho di Palestina berbunyi sbb:


لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ


Artinya : “Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)”. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).


Saya dan suami sepakat, kami akan menabung untuk mengajak anak2 ke Al-Aqsho saja, sedangkan ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi biarlah anak2 sendiri yg mengupayakan dg bekal mrk sendiri kelak. Perjalanan ke Al-Aqsho akan menjadi kenangan spiritual tersendiri krn sejarah dan kondisinya skrg yg penuh perjuangan.


Selama kami di Palestina, kami didampingi tour guide bernama Khalid , usianya 51th warga asli Palestina. Bhs Indonesianya lancar sekali bahkan bisa pantun, bhs prokem semacam kata “termehek2”, “tongpes”, “gabut” dll. Hehee..


Uniknya semua dia pelajari otodidak dan tidak pernah ke Indonesia, hiks boro2 ke Indonesia..keluar Palestina tdk pernah krn status kewarganegaraannya dibuat rumit oleh pemerintah Israel shg tdk bisa urus passport.


Di usianya yg 51th ini Khalid dan keluarganya (punya 4 anak) tinggal di tanah yg sdh dibeli namun statusnya msh sewa dg pajak tinggi ke pemerintah Israel krn birokrasi yg berbelit2 bertahun2 tdk tuntas. 

Banyak diskriminasi yg ditetapkan Yahudi ke Palestina (baik warga Muslim maupun Nasrani. Misal dlm hal penggunaan air, warga Palestina hanya boleh mengambil air dr air hujan, sementara Yahudi boleh membuat sumur bor. Demikian jg dg pendidikan, sekolah Yahudi lebih bagus fasilitas dan kualitasnya drpd warga Palestina. 


Di Palestina, Muslim dan Nasrani hidup damai bersatu seiring sejalan terkait Yahudi. Sudah jd cerita jamak Yahudi hendak memisahkan Muslim dan Nasrani Palestina namun sejauh ini tdk pernah berhasil, kecuali Nasrani pendatang yg jumlahnya sedikit sekali. 


Kota Yerusalem tempat Al-Aqsho berdiri skrg dlm otonomi Israel, krn itu di setiap sudut kota Yerussalem (dan tentu di masjid Al-Aqsho) bny sekali tentara Israel bersenjata lengkap. Muslim di Palestina setiap hari sdh siap dg pagi brgkt dan malam tdk kembali alias tewas.


Sepanjang jalan di Yerussalem terdapat tembok tinggi yg dibuat Israel untuk memisahkan sesama warga Palestina, jika kita melihat dari atas Bukit Zaitun akan nampak sekali warga Palestina spt dibuat hidup dalam kotak penjara. 


Di hari terakhir kami dg Khalid, ketika di perbatasan Israel - Mesir tepatnya di border Taba , Khalid berpesan untuk terus mendoakan warga Palestina supaya kuat dan sabar dlm memperjuangkan kemerdekaan Palestina, terutama Masjid Al-Aqsho. Dia melepas kami dg kalimat “teruslah ingat kami, dan berdoalah spy bisa kembali ke sini my brothers”.


Saya menjawab, InshaAllah. Semoga kami bisa kembali ke Palestina negeri yg tanahnya subur krn darah para syuhada.



Diena Syarifa

01 Jan 2019

https://www.facebook.com/100000163704935/posts/2508472852501480

You Might Also Like

0 komentar